Dengan lanskap industri yang cepat berubah, perusahaan-perusahaan mapan tak lagi bisa bersantai dengan hanya meningkatkan model bisnis yang mereka miliki. Dalam rangka memastikan pertumbuhan bisnis, korporasi kini dituntut berinovasi menciptakan model bisnis baru di tengah disrupsi eksternal.
Sebagai salah satu perusahaan terbesar dengan bisnis yang beragam, General Electric Company (GE) telah lama menyadari bahwa perusahaan membutuhkan struktur dan keterampilan organisasi baru untuk berinovasi. Atas dasar itu ketika departemen Energy Storage Technology di GE, menemukan potensi inovasi dalam industri baterai, perusahaan terkemuka asal Amerika itu memilih pendekatan baru dan meninggalkan pendekatan bisnis tradisional.
Mengetahui bahwa baterai baru yang dikembangkan oleh unit tersebut berpotensi mengganggu industri yang telah mapan, Prescott Logan yang kala itu menjabat sebagai manajer umum departemen Energy Storage di GE memilih pendekatan baru dalam pengembangan produknya.
Alih-alih menghabiskan waktunya untuk membuat rencana bisnis, membangun pabrik dan melakukan produksi, Logan justru mencari model bisnis baru dengan melibatkan pelanggan-pelanggan GE. Logan dan timnya memilih menggali lebih dalam rasa frustasi konsumen dengan industri baterai dan mempelajari bagaimana pelanggan membeli baterai industri, seberapa sering mereka menggunakannya, dan kondisi pengoperasiannya.
Wawasan mendalam mengenai pelanggan yang telah dikumpulkan lantas membuat perubahan besar dalam hubungan GE dengan pasar dan menemukan segmen pasar baru yakni utilitas dan menciptakan teknologi baterai baru.
Dalam rilis resmi perusahaan, GE melihat perusahaan utilitas menghadapi tantangan di tengah meningkatnya konsumsi daya dan perkembangan energi terbarukan yang menuntut mereka untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya. Diberi nama “Durathon”, teknologi baterai ini dikembangkan GE khusus untuk mendukung berbagai aplikasi berorientasi utilitas.
“Perusahaan utilitas menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kami bekerja sama dengan mereka untuk menciptakan sistem energi yang lebih baik, sistem yang dapat membawa energi ke pelanggan saat dibutuhkan, secara efisien, dan dengan harga terbaik,” kata Prescott Logan, seperti dilansir dari laman resmi GE.
Teknologi baterai Durathon sendiri menawarkan cara cerdas untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai bagian dari sistem penyimpanan energi sederhana, baterai Durathon produksi GE memberikan alternatif untuk struktur daya baru, yang memungkinkan energi digunakan saat dibutuhkan. Karena bahan kimia miliknya, baterai Durathon memiliki kemampuan untuk bertahan hingga dua dekade sambil memberikan waktu pengisian dan pengosongan yang optimal. Baterai Durathon sangat cocok untuk aplikasi di lingkungan bersuhu ekstrim.
“Teknologi baterai Durathon GE telah dikembangkan untuk mengubah masa depan pembangkit listrik, transmisi dan distribusi bagi pengguna akhir di seluruh dunia,” ujar Prescott Logan.
Dua tahun kemudian, GE bahkan menginvestasikan membangun fasilitas manufaktur baterai kelas dunia di Schenectady, New York, Amerika Serikat. Perusahaan juga menginvestasikan USD 150 juta (sekitar Rp2,2 triliun) untuk mengembangkan teknologi baterai Durathon melalui pengembangan material baru, teknologi manufaktur baru, dan kontrol cerdas. Menurut laporan pers, permintaan akan baterai baru GE kian tinggi.
Pentingnya Memahami Kebutuhan Pelanggan
Siapa sangka, perusahaan sebesar GE dengan bisnis yang bergerak dalam berbagai bidang antara lain kelistrikan, elektronik, permesinan, modal ventura, dan bahkan layanan keuangan, justru memilih mendengarkan pelanggan mereka sebelum mengembangkan suatu produk. Padahal dengan sumber daya yang dimilikinya, GE bisa saja langsung membangun produk baru untuk mengeksekusi ide bisnis yang dimilikinya.
Memahami kebutuhan pelanggan sangat penting bagi bisnis karena konsumen biasanya berupaya mencari produk atau layanan untuk menyelesaikan rasa frustasi atau ketidakpuasan mereka atas produk atau layanan tersebut. Kondisi inilah yang biasanya mendorong konsumen untuk beralih atau mencoba berbagai produk secara bergantian.
Atas dasar itu, sudah seharusnya sebuah bisnis berusaha sebaik mungkin memahami kebutuhan pelanggan mereka. Perusahaan harus mendalami kebutuhan, pendapat, emosi, dan motivasi orang-orang. Kabar baiknya, semua pemahaman itu dapat diperoleh dengan berempati, yang merupakan pijakan awal design thinking.
Sebagai pengadopsi awal design thinking di Indonesia, Innovesia paham betul pentingnya memahami kebutuhan pelanggan atau user needs. Perusahaan konsultasi yang berfokus pada inovasi ini bahkan memiliki metode yang dikembangkan secara khusus untuk memahami pelanggan, yakni melalui tahapan Inspiration dalam metodologi design thinking “i9”.
Pada tahap ini, perusahaan dituntut untuk memposisikan diri di posisi orang lain atau dalam hal ini adalah konsumen yang menjadi targetnya agar mendapatkan pengalaman secara langsung. Tahap ini memungkinkan kita untuk mengartikulasikan apa yang dirasakan oleh orang lain yang solusinya hendak kita desain atau bantu penyelesaian masalahnya.
Tahap Inspiration sangat penting pada design thinking lantaran tak sedikit orang yang kesulitan untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginan terpendam mereka, entah itu karena keterbatasan bahasa, rasa tertekan atau bahkan ketakutan mereka untuk terbuka dan disalahpahami.
Sebaliknya, melalui tahapan ini Innovesia membantu membuka peluang bagi perusahaan untuk memahami dan mendalami perasaan, kebutuhan dan interaksi pelanggan bahkan yang tersirat sekalipun.
Innovesia telah membantu lebih dari 100 perusahaan, pemerintah, organisasi dan institusi pendidikan secara lokal dan global untuk berinovasi dengan mengimplementasikan metodologi design thinking. Salah satunya, adalah RARE Indonesia, sebuah organisasi dengan visi mendorong perubahan sosial bagi manusia dan alam.
Pada 2019 silam, Innovesia dipercaya RARE Indonesia untuk menyelenggarakan sebuah sesi yang bertujuan mendapatkan wawasan dan ide-ide dari sudut pandang nelayan dengan menggunakan metodologi yang tangkas atau agile, dengan fokus pada isu-isu terkait pelanggan untuk mendapatkan ide-ide terbaik untuk inovasi.