5 Inovasi Medis Hasil Metode yang Berfokus pada Pengguna Hapus Hambatan di Bidang Kesehatan

Bidang kesehatan terus mengalami transformasi yang mengagumkan berkat serangkaian inovasi. Mulai dari yang mengubah cara kita mendiagnosis, mengobati dan hingga bagaimana pelayanan kesehatan diberikan.

Dari pengembangan teknologi medis mutakhir hingga pendekatan pengobatan yang lebih personal, inovasi di bidang kesehatan telah mengubah kehidupan jutaan orang di seluruh dunia dan dengan design thinking, inovasi yang diciptakan lebih mampu menjawab kebutuhan pasien dan praktisi medis.

Aspek kreativitas, empati, dan analisis yang dihadirkan design thinking telah memungkinkan penyelidikan yang lebih mendalam tentang bagaimana pasien berinteraksi dengan pengobatan mereka. Kemampuan inilah yang mendorong penciptaan inovasi medis agar lebih baik dalam merespon kebutuhan setiap pasien.

Berikut lima inovasi medis luar biasa yang dihasilkan melalui pendekatan design thinking, yang diyakini mampu membuka jendela baru menuju masa depan pelayanan kesehatan yang lebih inovatif.

1. Proses Komunikasi Teratur untuk Pasien, Stanford Hospital

Kelas Design Thinking di Stanford Hospital. (Sumber: Stanford Hospital)

Selama dua hari, 14 manajer di Stanford Hospital, California, Amerika Serikat, meninggalkan pekerjaan harian mereka sebagai ahli medis dan kembali ‘bersekolah’. Bersama-sama mereka mengikuti kursus design thinking yang disediakan d.school.

Dalam pelatihan ini, setiap peserta bermain peran sebagai keluarga pasien dan ahli medis untuk merasakan langsung bagaimana rasanya berada dalam kekacauan UGD. Tujuannya adalah untuk mencari cara dalam meningkatkan pengalaman pasien dan keluarga mereka selama berada di UGD.

Para ahli medis yang terlibat dalam kelas design thinking juga diharuskan mewawancarai pasien dan keluarganya tentang pengalaman mereka terhadap perawatan medis yang mereka dapatkan selama berada di UGD.

Hasilnya luar biasa, wawancara dan bermain peran telah mendorong mereka untuk berempati terhadap kesulitan yang dihadapi pasien dan keluarganya. Dari kursus itu, mereka mengetahui bahwa pasien menginginkan aliran informasi yang lebih teratur untuk membantu mereka meredakan kecemasan dan ketakutan mereka selama berada di UGD.

2. MRI Ramah Anak, GE Healthcare

Mesin MRI ramah anak dari GE Healthcare (Sumber: GE Healthcare)

Besarnya mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), acapkali membuat anak-anak yang harus melewati pemeriksaan medis ketakutan. Fenomena inilah yang mendorong Doug Dietz, seorang arsitek yang telah lama bekerja di GE HealthCare, mengembangkan desain MRI yang ramah anak.

Alih-alih merancang mesin baru, Doug Dietz meluncurkan serangkaian MRI bertema petualangan yang dinamakan “The Adventure Series”. Berkat riset pengguna yang ekstensif dan uji coba rumah sakit, Doug Dietz mengubah mesin MRI dari yang menyeramkan menjadi bernuansa kapal bajak laut dengan pemandangan pantai, istana pasir, dan lautan.

Berkat solusi kreatifnya, skor kepuasan pasien naik 90%. Anak-anak tidak lagi menderita kecemasan ketika berhadapan dengan mesin pencitraan satu ini. Mesin MRI ramah anak itu juga memudahkan anak-anak untuk tetap diam selama prosedur, yang pada gilirannya mencegah dokter untuk mengulangi pemindaian. Artinya, lebih banyak pasien yang dapat dipindai setiap harinya.

3. Sarana Edukasi dan Komunikasi Menstruasi, UNICEF dan Innovesia

Ilustrasi Menstruasi (Sumber: Freepik)

Kurangnya edukasi dan maraknya stigma negatif terkait menstruasi menjadi tantangan tersendiri bagi implementasi Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di tanah air. Di berbagai daerah, menstruasi kerap menimbulkan rasa tidak nyaman yang dialami siswa perempuan. Ditambah dengan perundungan dari siswa lain, membuat menstruasi kerap menjadi momok menakutkan bagi siswa perempuan di Indonesia.

Situasi inilah yang melatari kerja sama UNICEF dan Innovesia untuk memahami permasalahan nyata yang dialami siswa terkait menstruasi di lima kota besar di Indonesia yakni, Surabaya, Banda Aceh, Kupang, Makassar dan Jayapura.

Bersama-sama, UNICEF dan Innovesia, mendalami bagaimana para siswa baik perempuan dan laki-laki memahami siklus menstruasi guna membangun kesadaran dan mengedukasi para murid terkait menstruasi, khususnya MKM itu sendiri.

Dengan bimbingan dari jaringan expert Innovesia, para siswa dibimbing membuat sejumlah prototype sarana edukasi MKM, seperti pembuatan mading kelas atau sekolah, website, buku cerita hingga aplikasi mobile, yang tidak hanya mampu memberikan edukasi tapi juga menghubungkan para murid dengan para pakar untuk bisa berkonsultasi lebih lanjut mengenai MKM.

4. Kemasan Obat Tersortir, PillPack

PillPack (Sumber: PillPack)

Berkomitmen memudahkan pasien untuk meminum obat yang tepat pada waktu yang tepat, TJ Parker dan Elliot Cohen membuat PillPack, startup di bidang farmasi yang memiliki misi untuk mempermudah akses pasien terhadap obat-obatan.

Dengan pendekatan yang berpusat pada manusia seperti design thinking, Parker dan Cohen mendesain seperangkat layanan yang mencerminkan pemahaman yang benar tentang para pasien. Selama proses pengujian prototype, keduanya juga memastikan bahwa setiap interaksi pelanggan dengan PillPack, mulai dari mendaftar ke layanan secara online hingga menggunakan produknya setiap hari, dapat dilakukan secara langsung dan meyakinkan.

Hal inilah yang membuat PillPack menemukan model bisnis yang tepat. Begini cara kerjanya, pasien dapat mengirimkan resep obat-obatan secara langsung ke apoteker di PillPack secara daring atau online. Setelahnya, tim apoteker di PillPack akan mengatur obat-obatan pasien ke dalam paket atau kemasan kecil yang telah disortir dan dipersonalisasi.

Dengan model layanan ini, PillPack tak hanya mempermudah pasien mendapatkan obat-obatan tapi juga mempermudah mereka mengonsumsi obat-obatan.

5. Pengukur Gula Darah Otomatis, CONTOUR USB

CONTOUR USB dari Ascensia Diabetes Care (Sumber: Ascensia)

Fenomena inilah yang mendorong Ascensia Diabetes Care bermitra dengan IDEO, untuk mendalami apa yang sebenarnya membuat banyak pasien diabetes kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan yang mumpuni. Dari sana, Ascensia sadar bahwa banyak penderita diabetes yang merasakan stigma negatif, khususnya ketika harus melakukan pemeriksaan kadar gula darah di depan umum.

Mengetahui masalah ini, Ascensia dan IDEO lantas merancang alat pengukur gula darah yang didesain layaknya perangkat teknologi canggih. Keduanya mengembangkan “CONTOUR USB”,  alat pengukur gula darah pertama yang mampu dihubungkan langsung ke komputer. Seperti namanya, CONTOUR USB memungkinkan pasien untuk mengunggah data kadar gula darah mereka secara otomatis ke aplikasi sehingga pasien tidak perlu lagi mencatatkannya secara manual.

Inovasi ini juga dilengkapi dengan fitur smartLIGHT berwarna merah, hijau, atau kuning untuk memberikan umpan balik instan tentang apakah kadar gula darah berada di bawah atau di atas kisaran target. Dengan begitu, CONTOUR USB dapat membantu memandu pasien untuk mengambil keputusan secara real-time terkait kondisi kesehatannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • All Post
  • Design Thinking
  • Edukasi
  • Eksklusif
  • Gaya Hidup
  • Innovation
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Open Innovation
  • Otomotif
  • Pemerintahan
  • Pertambangan
  • Teknologi
  • Uncategorized
  • Workshop

Investing in Innovation

Everyone can innovate, including you. We help people and organizations to innovate in the era of Industrial Revolution 4.0

building

Design Thinking

Newsletter

About Us

PT Investasi Inovasi Indonesia

innovesia.co.id

designthinking.id

Business Address:

Equity Tower, 35th Floor, SCBD Lot 9

Jl. Jendral Sudirman, Kav 52-53, Jakarta 12910

P: +62 21 2939 8903