Kunci Sukses Unilever Kembangkan Formula Detergen Ramah Lingkungan Melalui Open Innovation

Unilever baru-baru ini mengumumkan keberhasilan kolaborasinya bersama Arzeda, sebuah perusahaan biologi sintetik yang memproduksi jenis protein dan enzim baru dengan prinsip-prinsip keberlanjutan atau sustainability. Melalui kolaborasi dalam open innovation, keduanya berhasil menciptakan sebuah enzim baru untuk detergen yang tak hanya mampu menghilangkan noda dengan lebih efektif tapi juga bersifat sustainable.

Bersama Arzeda, Unilever menggabungkan ilmu fisika dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk membuat jenis enzim baru yang ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit air dan energi. Dalam rilis perusahaan, Unilever menuturkan enzim baru ini memiliki kemampuan luar biasa untuk memecah berbagai jenis noda, serta mengurangi separuh jumlah bahan yang diperlukan untuk memformulasikan produk pembersih pakaian atau detergen.

Tak hanya itu, jenis enzim baru ini juga didapuk mampu menggantikan penggunaan bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil atau petrokimia dalam produksi produk pembersih pakaian. Selain dari sisi teknologi, kolaborasi melalui open innovation telah memungkinkan Unilever dan Arzeda untuk mengembangkan enzim baru hanya dalam waktu 18 bulan atau lima kali lebih cepat dari waktu produksi enzim yang dibutuhkan sebelumnya.

Peter ter Kulve, yang menjabat sebagai Unilever Home Care President, menuturkan kemitraannya dengan Arzeda telah mendukung strategi Clean Future di Unilever, yang mencakup komitmen untuk mengubah beberapa produk detergen menjadi lebih rendah karbon dan limbah seraya mempertahankan kinerja yang sama atau bahkan lebih baik.

“Sebagai bagian dari strategi Clean Future Unilever, kami berinvestasi dalam teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk pembersih generasi berikutnya, yang berkelanjutan dan berkinerja tinggi. Kemajuan yang dibuat hanya dalam 18 bulan dengan teknologi Arzeda menunjukkan bagaimana konvergensi AI dan biologi adalah gamechanger untuk industri seperti perawatan di rumah,” kata Peter ter Kulve, seperti dilansir dari laman resmi Unilever.

Kemajuan teknologi Arzeda menunjukkan bagaimana konvergensi AI dan biologi mampu mengubah permainan, termasuk bagi Unilever perusahaan besar yang berdiri sejak 1929. Kemitraan bersama Arzeda sekaligus mempercepat komitmen Unilever untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission dari semua produk Unilever pada tahun 2039.

“Kemajuan yang telah kami buat hanya dalam 18 bulan merupakan bukti bahwa tidak hanya hubungan kolaboratif dengan Unilever tetapi juga dampak yang dapat dibuat oleh Intelligent Protein Design Technology™ kami. Kini, kami terus meningkatkan produksi dan sangat bersemangat serta optimis tentang potensi luar biasa yang dimiliki kemitraan ini bagi konsumen dan bumi,” kata Alexandre Zanghellini, CEO Arzeda. 

Mengapa Keberlanjutan Penting Bagi Unilever?

Sebagai perusahaan manufaktur, pemasaran dan distribusi barang konsumsi, Unilever sadar akan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari tingkat konsumsi produk saat ini. Alasan ini ditambah kekhawatiran konsumen akan dampak perubahan iklim, telah mendorong Unilever untuk mengelola dan menjalankan bisnis mereka dengan lebih bertanggung jawab.

Unilever juga menanggapi kekhawatiran konsumen dengan mempercepat transisi ke energi terbarukan untuk membantu konsumen mengurangi dampak iklim. Dalam hal ini, Unilever berkomitmen mengganti formula setiap produk pembersih yang berasal dari bahan bakar fosil dengan bahan terbarukan pada 2030. Ambisi ini termasuk dalam komponen inti program Clean Future, yang ditujukan untuk mengubah cara produk pembersih diproduksi dalam rangka mengurangi jejak karbon produk tersebut.

Pasalnya, sebagian besar produk detergen yang beredar di pasar saat ini mengandung bahan kimia, yang terbuat dari bahan baku bahan bakar fosil. Bahan kimia inilah yang menjadi penyumbang emisi karbon terbesar dari seluruh siklus hidup produk detergen. Atas dasar itu, Unilever menilai beralih dari bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk akan menjadi peluang besar untuk mengurangi jejak karbon.

Namun, sadar ketidakmampuannya untuk mencapai target keberlanjutannya sendirian, Unilever memilih berkolaborasi dalam open innovation bersama sejumlah mitra seperti akademisi, pemasok dan perusahaan-perusahaan berbagai latar belakang untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan menskalakan teknologi yang memungkinkan Unilever menjadi lebih baik.

Pada 2021 misalnya, Unilever berkolaborasi dengan LanzaTech dan India Glycols untuk memproduksi surfaktan dari bahan terbarukan. Sebagai informasi, surfaktan yang umumnya terbuat dari bahan bakar fosil adalah bahan penting untuk menciptakan busa dalam produk detergen, mulai dari sabun cuci piring hingga detergen.

LanzaTech sendiri merupakan perusahaan daur ulang karbon, yang berpengalaman membuat bahan bakar dan bahan kimia berkelanjutan melalui konversi biologis emisi karbon limbah, termasuk limbah industri. Sementara India Glycols adalah perusahaan terkemuka yang memproduksi green technology.

Melalui open innovation ketiganya mampu memproduksi surfaktan yang dibuat dari emisi karbon industri dan bukan dari bahan bakar fosil. Inovasi ini memanfaatkan bioteknologi dan rantai pasokan yang baru dikonfigurasi antara ketiga mitra. Kemitraan ketiganya menandai pertama kalinya surfaktan dibuat menggunakan emisi karbon untuk kemudian digunakan dalam formula detergen.

Kesuksesan demi kesuksesan inilah yang mendorong Unilever untuk memperluas inovasi mereka melalui kolaborasi. Ke depannya, Unilever berharap 70% dari inovasi perusahaan akan bersumber dari inovasi terbuka atau open innovation, khususnya dalam membangun bisnis yang lebih berkelanjutan atau sustainable.

Open innovation sekarang ini memang telah dikenal luas sebagai seperangkat alat yang mampu membantu perusahaan untuk mencapai target sustainability mereka, dengan 83% perusahaan mengakui open innovation sebagai faktor penentu keberhasilan dalam mencapai target sustainability, menurut laporan terbaru dari Capgemini Research Institute.

Seperti yang dirasakan Unilever, open innovation telah membantu perusahaan sebesar Unilever dalam mengadopsi teknologi baru untuk membuat formula detergen yang ramah lingkungan. Dalam hal ini, Unilever memanfaatkan kemajuan teknologi yang dimiliki perusahaan lain untuk membantunya meminimalkan dampak lingkungan. Tanpa open innovation, Unilever mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga kerja yang lebih handal untuk mencapai kemajuan saat ini.

Survei dari Capgemini Research Institute mencatat, 51% perusahaan mengaku open innovation telah membantu mereka dalam mengadopsi penggunaan teknologi baru dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan hanya mengandalkan departemen R&D internal perusahaan.

Open innovation memang kian penting untuk mengatasi kesenjangan kompetensi internal perusahaan serta mempercepat perusahaan dalam merespon tantangan eksternal. Lebih dari sebelumnya, perusahaan kini perlu menerapkan praktik open innovation tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan R&D perusahaan, tapi juga untuk memenuhi tuntutan tujuan keberlanjutan.

Atas semangat itu, Innovesia selaku pionir ekosistem open innovation di Indonesia membuka kesempatan seluas-luasnya bagi bisnis dari industri manapun untuk berinovasi melalui kolaborasi dan menemukan mitra yang tepat dalam mendukung tujuan keberlanjutan mereka.

Berinovasi untuk Keanekaragaman Hayati Bersama Innovesia

Pada 2019, Innovesia dipercaya United Nations Development Program Biodiversity Finance (UNDP BIOFIN) untuk menjalankan hackathon guna menciptakan solusi bagi masalah keanekaragaman hayati dan pengelolaan lahan dan laut yang berkelanjutan. Dalam kolaborasi kali ini, Innovesia bersama Makedonia mempertemukan UNDP dengan puluhan peserta dari wilayah Jakarta, Bandung dan Yogyakarta yang amat antusias mendukung pengelolaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan.

Peserta lantas diminta menciptakan solusi inovatif dalam tiga kategori yakni pengelolaan data keanekaragaman hayati, meningkatkan kesadaran terhadap masalah keanekaragaman hayati, dan pengelolaan lahan dan laut yang berkelanjutan. Para peserta juga dibekali wawasan berharga dari sejumlah pembicara, mulai dari perwakilan Kementerian PUPR yang berbicara mengenai pengelolaan sampah dari sudut pandang pemerintah, hingga Daniel Oscar Baskoro, seorang Peneliti ICT for Development di Columbia University, New York.

Didampingi oleh sejumlah mentor dan fasilitator dari Innovesia, para peserta berhasil menciptakan ragam solusi atas masalah keanekaragaman hayati, seperti pengelolaan sampah, pameran keanekaragaman hayati untuk edukasi, sistem internet of things (IoT) untuk membantu petani mengelola lahan dan tanaman mereka, hingga pengelolaan kebakaran hutan. 

Dari banyaknya ide terkumpul dipilih tiga pemenang dengan solusi yang paling relevan. Mereka adalah Alam Kita berkat inovasi “BioMaze”, yang menggabungkan pengalaman langsung, augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan aplikasi permainan untuk metode pembelajaran interaktif, sederhana, dan mudah yang akan meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang keanekaragaman hayati.

Pada posisi kedua, ada Wastebender yang menciptakan prosesor limbah otomatis guna membantu aktivis lingkungan dan para orang tua yang sibuk dalam mengurangi limbah organik mereka dengan mudah, lebih cepat, dan efisien. Sementara tempat ketiga di isi oleh oleh Bio NL yang mengembangkan “WESTI”, sebuah platform pengelolaan limbah makanan restoran yang memanfaatkan teknologi pengenalan gambar untuk mendeteksi jenis sayuran dan buah-buahan yang dibuang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • All Post
  • Design Thinking
  • Edukasi
  • Eksklusif
  • Gaya Hidup
  • Innovation
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Open Innovation
  • Otomotif
  • Pemerintahan
  • Pertambangan
  • Teknologi
  • Uncategorized
  • Workshop

Investing in Innovation

Everyone can innovate, including you. We help people and organizations to innovate in the era of Industrial Revolution 4.0

building

Design Thinking

Newsletter

About Us

PT Investasi Inovasi Indonesia

innovesia.co.id

designthinking.id

Business Address:

Equity Tower, 35th Floor, SCBD Lot 9

Jl. Jendral Sudirman, Kav 52-53, Jakarta 12910

P: +62 21 2939 8903