Empathy Map.
Empathy Map merupakan visualisasi kolaboratif yang dapat kita gunakan untuk mengartikulasikan apa yang kita ketahui tentang pengguna tertentu. Mengingat berempati adalah tahapan pertama dalam design thinking, Empathy Map membantu kita memahami semua perasaan, pikiran, keluhan, harapan, dan kebiasaan target pengguna. Tujuan utamanya adalah pemahaman tentang kebutuhan pengguna, sekaligus membantu proses pengambilan keputusan.
Empathy Map
design thinking, Empathy Map
Mengapa Empathy Map Diperlukan?
Mengapa
Empathy Map
Empathy Map
Diperlukan?
Berempati bukanlah hal yang mudah, banyak orang yang kesulitan untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginan terpendam mereka, entah itu karena keterbatasan bahasa, rasa tertekan atau rasa takut untuk terbuka kepada orang lain. Oleh karena itu, Empathy Map dibutuhkan untuk membangun landasan bersama untuk memahami serta memprioritaskan kebutuhan pengguna yang hendak kita desain.
Empathy Map
Empathy Map menyediakan empat area utama yang membantu kita memusatkan perhatian pada pengguna sekaligus memberikan gambaran umum tentang pengalaman mereka. Pasalnya, proses pemetaan melalui Empathy Map dapat membantu menyatukan pengamatan penelitian dan mengungkapkan wawasan yang lebih dalam tentang kebutuhan pengguna.
Empathy Map
Ada sejumlah manfaat lain yang bisa kita dapat ketika menggunakan Empathy Map, yakni membantu menyaring dan mengkategorikan pengetahuan tentang pengguna, membantu kita menemukan kesenjangan pengetahuan antara kita dan pengguna. Selain itu, Empathy Map juga merupakan cara yang cepat dan mudah untuk mengilustrasikan sikap dan perilaku pengguna. Dengan begitu, tim desain dapat memiliki pemahaman yang sama terkait pengguna yang terhindar dari bias dan asumsi pribadi.
Empathy Map
Cara Membuat Empathy Map
Cara Membuat Empathy Map
:
Empathy Map
Membuat Empathy Map tidaklah sulit, kita hanya membutuhkan lembaran kertas berukuran besar atau papan tulis, sticky notes, dan spidol. Lalu gambarlah sketsa yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan empat kuadran Empathy Map, yang mencerminkan empat ciri utama yang ditunjukkan atau dimiliki pengguna selama tahap observasi. Adapun empat kuadran Empathy Map yang disepakati bersama mencakup perkataan atau say, tindakan atau do, berpikir atau think, juga perasaan atau feel. Keempat kuadran ini dimaksudkan untuk memahami apa yang pengguna katakan, lakukan, pikirkan dan apa yang mereka rasakan.
Empathy Map
sticky notes
Empathy Map
Empathy Map
say,
do,
think,
feel
Meski terlihat cukup mudah, menentukan apa yang pengguna pikirkan dan rasakan harus didasarkan pada pengamatan dan analisis yang cermat terhadap perilaku pengguna, umpan balik yang mereka berikan, saran, percakapan tertentu dan sejumlah faktor lainnya. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai empat kuadran Empathy Map:
Empathy Map
Apa yang Pengguna Katakan?
Apa yang Pengguna Katakan?
Kuadran ‘katakan’ (say) menuntut kita untuk memahami apa yang dikatakan pengguna secara selama wawancara atau observasi. Tuliskan perkataan penting dan kata kunci yang dikatakan pengguna selama proses tersebut. Sebaiknya, tuliskan temuan dalam bentuk kutipan langsung kata demi kata.
say)
Apa yang Pengguna Lakukan?
Apa yang Pengguna Lakukan?
Mengisi kuadran ‘lakukan’ (do), kita dituntut menuliskan aktivitas fisik yang dilakukan pengguna selama proses pengamatan. Aktivitas fisik dalam hal ini bisa berupa interaksi dengan suatu produk atau layanan, bagaimana mereka berperilaku, atau bagaimana cara mereka menyampaikan sesuatu. Jangan lupa mencatat bagaimana perilaku mereka berubah tergantung lokasi, keadaan dan lain sebagainya.
do),
Apa yang Pengguna Pikirkan?
Apa yang Pengguna Pikirkan?
Setelah menyelesaikan elemen luar yang bisa kita tangkap secara langsung, fokus empati kita pindahkan ke dalam pikiran pengguna untuk mengeksplorasi pikiran yang bersifat internal bagi mereka. Untuk melakukan ini, kita harus memposisikan diri sebagai pengguna dan menebak atau menyimpulkan apa yang kemungkinan mereka pikirkan dan mengapa mereka enggan mengutarakan pemikirannya.
Apa yang Pengguna Rasakan?
Apa yang Pengguna Rasakan?
Seperti kuadran think, kuadran feel juga menuntut kita memahami yang tersirat dan dalam hal ini adalah emosi pengguna. Pada tahap ini, kita harus bisa menangkap perasaan seperti menyenangkan, membantu, frustasi, hambatan dan rintangan yang dialami pengguna. Untuk menggali perasaan pengguna, kita bisa bertanya seputar kekhawatiran atau pengalaman pengguna dan bagaimana mereka melihat kedua hal itu.
think,
feel
Setelah mengisi keempat kuadran, langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan atas ragam wawasan tersebut untuk membantu kita memecahkan tantangan yang dihadapi. Sebaiknya, ambil gambar atau buat versi digital dari Empathy Map itu untuk dibagikan ke anggota tim lain agar semua memiliki pemahaman yang sama dan membantu mereka meningkatkan pengalaman pengguna.
Empathy Map
Membangun Empati Bersama Innovesia
Membangun Empati Bersama Innovesia
Innovesia pernah dipercaya UNICEF Indonesia untuk mempelajari pemahaman siswa sekolah mengenai Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di Indonesia. MKM masih menjadi tantangan tersendiri bagi para murid di Indonesia karena kurangnya edukasi yang komprehensif tentang kesehatan reproduksi dan pemahaman yang belum memadai.
Terlebih, masih banyak murid yang menilai menstruasi sebagai momok menakutkan. Hal itu tidak lain terjadi karena rasa tidak nyaman yang dialami murid perempuan. Masalah lain juga timbul dari perundungan yang mereka terima, terlebih jika tampak noda menstruasi pada rok murid perempuan.
Situasi inilah yang melatari kerja sama UNICEF dan Innovesia untuk memahami permasalahan nyata yang dialami murid terkait menstruasi di lima kota besar di indonesia yakni, Surabaya, Banda Aceh, Kupang, Makassar dan Jayapura. Pemahaman ini dibutuhkan untuk selanjutnya membangun kesadaran murid dan sekolah tentang pentingnya MKM.
Dari tahap berempati inilah kemudian dihasilkan sejumlah prototype untuk mengedukasi para murid terkait menstruasi, khususnya MKM itu sendiri. Beberapa prototype di antaranya, pembuatan sarana informasi dan edukasi seperti mading kelas atau sekolah, website, buku cerita hingga aplikasi mobile yang tidak hanya mampu memberikan edukasi tapi juga menghubungkan para murid dengan para pakar untuk bisa berkonsultasi lebih lanjut mengenai MKM.
prototype
prototype
website,
mobile
Innovesia percaya, empati merupakan hal krusial bagi siapapun yang hendak berinovasi. Empati bahkan menjadi langkah pertama yang diyakini Innovesia harus dilakukan pada tahap awal inovasi. Dengan berempati, setiap organisasi akan mampu mengidentifikasi masalah pengguna dan menciptakan solusi yang sesuai. Dengan kata lain, wawasan dari berempati inilah yang nanti berlaku sebagai pedoman berinovasi. Alhasil, solusi yang diciptakan sudah pasti tepat sasaran.
Selain yang telah disebutkan di atas, Innovesia juga terbuka dalam menanamkan pola pikir tersebut pada kalangan mahasiswa berbagai universitas, misalnya dalam program Atma Jaya Inkubator Bisnis (AJIB) di UNIKA Atma Jaya juga kepada mahasiswa Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (MMUI). Di MMUI sendiri, Innovesia telah dipercaya mengajarkan pola pikir design thinking, sebuah pendekatan yang dimulai dengan memahami kebutuhan penggunanya.
design thinking,