Walaupun dikenal sebagai pengusaha sukses berkat inovasinya, keberhasilan Elon Musk tak lepas dari sederet kegagalan di masa lalu. Kegagalan pria kelahiran 28 Juni 1971 itu bahkan dipamerkan dalam ekshibisi terbaru Museum of Failure atau Museum Kegagalan di Brooklyn, New York, Amerika Serikat.
Pemilik nama lengkap Elon Reeve Musk berhasil menjadi bagian dari pameran Museum karena 14 alasan, termasuk kegagalannya terkait cuitan akan menjadikan Tesla sebagai perusahaan private yang membuatnya digugat, juga karena memberikan nama aneh untuk dua anaknya, yakni X AE A-XII and Exa Dark Sideræl.
Namun, kegagalan yang paling disorot adalah keterlibatannya dengan PayPal yang dianggap sebagai ide bisnis terburuk pada masanya, dan membuat Tesla serta SpaceX nyaris bangkrut pada tahun 2008.
Sebelum terlibat dengan PayPal, Elon Musk lebih dulu membangun X.com, sebuah bank digital dengan model bisnis yang disebut majalah Times kian inovatif pada masanya. Bagaimana tidak, X.com kala itu memudahkan proses transfer dana secara digital tanpa memerlukan surat atau infrastruktur perbankan tradisional.
X.com kemudian bergabung dengan perusahaan perangkat lunak Confinity dan membentuk PayPal, yang saat itu berlaku sebagai platform pembayaran online yang aman dengan dasar pembayaran dilakukan untuk PalmPilots. Meski menuai kesuksesan hingga PayPal akhirnya dibeli eBay dengan kesepakatan saham senilai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp23,2 triliun pada 2002, produk pertama PayPal dinobatkan sebagai salah satu dari “10 ide bisnis terburuk” pada 1999.
Posisi Musk sebagai CEO perusahaan gabungan itu bahkan dicopot dan digantikan oleh salah satu pendiri Confinity, Peter Thiel. Menurut Fox Business, banyak rekan pendiri yang tidak menyukai gagasan Musk yang hendak mengalihkan server PayPal dari platform Unix ke platform Microsoft Window.
Hampir Bangkrutnya SpaceX dan Tesla
Usai gagal di PayPal, Musk mengarahkan pandangannya pada eksplorasi ruang angkasa, dan kolonisasi Mars di masa depan dengan melahirkan SpaceX. Sayangnya, ia kembali dihadapkan pada sederet kegagalan peluncuran roket dan ledakan pesawat ruang angkasa Starship.
Saat itu Musk harus menelan kenyataan pahit akibat kegagalan peluncuran berturut-turut yang membuat SpaceX hampir bangkrut. Pada tahun 2006, upaya peluncuran pertama SpaceX gagal akibat kebocoran bahan bakar dan kebakaran yang diakibatkannya.
Tak berhenti sampai di situ, dua peluncuran SpaceX berikutnya pun gagal usai mengalami masalah setelah pemisahan yang mencegah pesawat ruang angkasa mencapai orbit.
Pada tahun yang sama, Tesla yang didirikan Musk pada 2004 silam juga bermasalah. Pada 2008, ketika SpaceX hampir bangkrut, ulasan majalah Top Gear menyebut Tesla Roadster sebagai eksperimen sains yang hampir tidak berjalan yang tidak dapat bertahan sehari penuh. Musk dalam pertemuan pemegang saham Tesla secara tidak langsung mengakui bahwa projek Roadster adalah kegagalan.
Kegagalan Bukan Akhir Cerita Hidup Elon Musk
Pameran Museum of Failure yang memamerkan kegagalan demi kegagalan Elon Musk menunjukkan bahwa pengusaha paling sukses di dunia pun bisa membuat kesalahan. Menurut Samuel West yang mendirikan Museum of Failure, tidak ada inovasi tanpa beberapa rintangan di sepanjang jalan. Konsep inilah yang juga menjadi prinsip Musk.
Musk memang melihat kegagalan secara berbeda. Pengusaha yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia pada 2022 oleh Forbes itu tidak melihat kegagalan sebagai penghambat, melainkan sebagai jalan yang diperlukan bagi perusahaan untuk sukses.
“Kegagalan adalah pilihan di sini. Jika segala sesuatunya tidak gagal, Anda tidak cukup berinovasi,” kata Musk dalam pidato ketika Spacex pertama kali mulai membuat roket Falcon I dan Falcon V.
Siapa sangka, SpaceX mencapai kesuksesan peluncuran pertama Falcon I pada 28 September 2008, yang menjadikannya sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mengirim pesawat ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dan mengirim astronot ke orbit. Pencapaian ini bahkan menjadi perubahan besar dalam industri ruang angkasa yang selama ini didominasi oleh program pemerintah.
“Saya mengacaukan tiga peluncuran pertama. Tiga peluncuran pertama gagal. Itu adalah uang terakhir yang kami miliki untuk Falcon I. Peluncuran keempat itu berhasil. Takdir berpihak pada kami hari itu,” ujar Musk dalam sebuah wawancara sembilan tahun kemudian.
Menyusul peluncuran sukses pertamanya, SpaceX dapat memperoleh lebih banyak dana dari NASA serta beberapa investor swasta. Tak cuma itu, SpaceX juga berada di belakang pengembangan Starlink yang merupakan konstelasi satelit yang menawarkan layanan internet komersial di seluruh dunia.
Kesuksesan juga menghampiri Tesla. Perusahaan mobil listrik yang telah dipimpin Elon Musk sejak 2008 itu bernilai lebih dari USD 1 triliun pada 2021. Tak itu saja, Model 3 yang diproduksi Tesla juga menjadi mobil listrik paling populer yang diproduksi saat ini, dengan lebih dari satu juta unit terjual secara global, menurut majalah Times.
Kini, Musk terus melebarkan sayapnya dengan ikut mendirikan OpenAI, sebuah laboratorium penelitian kecerdasan buatan sebagai organisasi nirlaba pada tahun 2015. Juga mendirikan Neuralink dengan tujuan mengembangkan brain-machine interfaces, yang dapat ditanamkan langsung ke dalam tubuh manusia.
Pameran Museum of Failure yang menampilkan kegagalan Elon Musk jelas menggambarkan bahwa inovasi adalah bisnis berisiko tinggi. Dengan menyoroti kegagalan tersebut, Museum of Failure bertujuan untuk menunjukkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari jalan, melainkan batu loncatan menuju kesuksesan.
Dalam kasus Elon Musk, ada sejumlah pelajaran yang bisa kita ambil untuk mengubah kegagalan menjadi ilmu berharga. Pertama, mengetahui tujuan bisnisnya sangat tinggi, Musk membuatnya tetap sederhana dan berpegang teguh pada cita-citanya. Ia juga tak pernah berhenti belajar, bayangkan bagaimana Musk mampu menguasai ilmu roket dengan membaca buku dan mengajukan pertanyaan kepada orang-orang cerdas dan berbakat yang mengelilingi dirinya.
Kedua, Musk tak percaya tidak ada bisnis tanpa risiko. Ia juga terus menunjukkan keinginan tanpa henti untuk sukses. Terlepas dari ketidakpastian dan keraguan orang-orang terhadap dirinya, Musk selalu membuat keputusan yang berani dan sepenuhnya berkomitmen terhadap cita-citanya.
Ketiga, Musk selalu percaya diri atas kemampuannya. Sebagai pengusaha, ia menunjukkan bahwa hasrat pribadi merupakan kekuatan pendorong paling kuat yang dapat diperoleh bisnis apa pun. Saat menghadapi rintangan, dia tidak pernah berhenti dan selalu berpegang teguh pada keyakinannya.
Bisa dibilang, ketangguhan dan keyakinannya yang tak tergoyahkan inilah yang menjadi amunisi sekaligus sebagian besar alasan mengapa Elon Musk begitu sukses hingga saat ini.