{"id":816,"date":"2023-04-10T18:55:50","date_gmt":"2023-04-10T11:55:50","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=816"},"modified":"2023-10-18T09:06:03","modified_gmt":"2023-10-18T02:06:03","slug":"mengukur-roi-design-thinking-bagaimana-caranya","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/edukasi\/mengukur-roi-design-thinking-bagaimana-caranya\/","title":{"rendered":"Mengukur ROI Design Thinking, Bagaimana Caranya?"},"content":{"rendered":"

Seiring perkembangannya, design thinking <\/em>juga memiliki model berbeda, antara lain, model IDEO, IBM Design Thinking, d.school Stanford University, dan banyak lagi. Sayangnya, meskipun ada banyak model pemikiran desain yang disajikan selama beberapa tahun terakhir, hanya ada sedikit saran tentang bagaimana kita dapat mengukur hasil dari proses design thinking.<\/em><\/p>\n

design thinking <\/em>
\ndesign thinking.<\/em>
\ndesign thinking <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Oleh karena itu, Rafiq Elmansy, seorang dosen di University of Leeds, yang berfokus meneliti penerapan teori design thinking <\/em>dan bagaimana mengintegrasikannya untuk mendorong inovasi, menekankan harus ada kerangka pengukuran atau metrik yang dapat membantu perusahaan mengevaluasi dampak penerapan design thinking<\/em> dengan setiap proyek di dalam perusahaan dan membandingkan hasil ini dengan proses yang diterapkan saat ini.<\/p>\n

design thinking <\/em>
\ndesign thinking<\/em><\/p>\n

Metrik sendiri merupakan istilah sederhana untuk mengukur tujuan proyek yang dikerjakan. <\/em>Katakanlah kita ingin 80% pelanggan\u00a0 merasa puas dengan produk yang disempurnakan. Maka, kita dapat mengirimkan survei kepada pengguna untuk melihat apakah reaksi mereka sesuai dengan harapan perusahaan. Dengan begini,\u00a0 metrik berguna untuk membantu perusahaan mengukur dampak proses pemikiran desain pada hasil proyek untuk memahami manfaat nyata yang diperoleh setelah menerapkan design thinking <\/em>dalam berinovasi.<\/p>\n

. <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Mengukur ROI <\/strong>Design Thinking<\/em><\/strong><\/p>\n

Mengukur ROI <\/strong>
\nDesign Thinking<\/em><\/strong>
\nDesign Thinking<\/em><\/p>\n

Jika kita mencoba mengukur keberhasilan penerapan design thinking, <\/em>salah satu metode yang paling efektif adalah menghitung laba atas investasi atau Return of Investment<\/em> (ROI). Dalam konteks ini, kita perlu menunjukkan bagaimana perubahan desain kita berdampak pada keuntungan dengan tetap menempatkan orang-orang atau pelanggan sebagai pusatnya.<\/p>\n

design thinking, <\/em>
\nReturn of Investment<\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Berikut serangkaian tindakan berorientasi kreativitas yang dapat perusahaan gunakan untuk mengukur ROI penerapan design thinking:<\/em><\/p>\n

design thinking:<\/em><\/p>\n

1. Mengukur empati<\/strong><\/p>\n

1. Mengukur empati<\/strong><\/p>\n

Tak seperti metode pemecahan masalah atau inovasi lain, design thinking <\/em>berfokus pada manusia atau pelanggan. Atas dasar itu penting untuk berempati terhadap pelanggan untuk menemukan kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi. Dengan begitu, kita dapat merancang solusi yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan atau menghemat biaya operasional.<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Roth dan Royalty sendiri menyarankan tiga metrik berikut untuk mengukur empati:<\/p>\n

    \n
  1. Lacak jumlah hari yang dilalui tim antara mengamati dan mewawancarai pelanggan untuk mempersingkat waktu interaksi<\/li>\n
  2. Lacak jumlah pelanggan atau interaksi pengguna selama tahap Inspiration <\/em>dalam design thinking.<\/em><\/li>\n
  3. Lacak interaksi untuk mengukur keragaman wawasan pelanggan atau pengguna.<\/li>\n<\/ol>\n
  4. Lacak jumlah hari yang dilalui tim antara mengamati dan mewawancarai pelanggan untuk mempersingkat waktu interaksi<\/li>\n
  5. Lacak jumlah pelanggan atau interaksi pengguna selama tahap Inspiration <\/em>dalam design thinking.<\/em><\/li>\n

    Inspiration <\/em>
    \ndesign thinking.<\/em><\/p>\n

  6. Lacak interaksi untuk mengukur keragaman wawasan pelanggan atau pengguna.<\/li>\n

    2. Mengukur nilai bisnis<\/strong><\/p>\n

    2. Mengukur nilai bisnis<\/strong><\/p>\n

    Selain berempati, fokus lain dari design thinking <\/em>adalah menciptakan produk dan layanan inovatif yang mampu memberi nilai tambah atau value<\/em> bagi bisnis kita. Metrik ini bertujuan untuk mengukur apakah proyek design thinking <\/em>yang dijalankan dianggap berharga bagi perusahaan atau apakah mereka membawa perusahaan ke arah yang baru.<\/p>\n

    design thinking <\/em>
    \nvalue<\/em>
    \ndesign thinking <\/em>
    \nmore<\/a><\/p>\n

    3. Mengukur Inovasi<\/p>\n

    Menurut Rother dan Royalty, iterasi atau pengulangan yang lebih banyak menghasilkan prototype<\/em> adalah yang lebih kuat, dan prototype<\/em> yang lebih kuat menghasilkan produk yang lebih baik.\u00a0<\/p>\n

    prototype<\/em>
    \nprototype<\/em><\/p>\n

    Dengan pemikiran ini, Rother dan Royalty mengusulkan dua cara untuk mengukur seberapa baik sebuah tim mengulangi sebuah ide:<\/p>\n

      \n
    1. Ukur jumlah iterasi prototype<\/em> untuk memungkinkan perbandingan antar proyek.<\/li>\n
    2. Ukur jumlah prototype<\/em> yang dikerjakan secara paralel atau bersamaan. Studi menunjukkan bahwa mengembangkan prototype<\/em> secara paralel dapat menghasilkan hasil yang lebih kuat.<\/li>\n<\/ol>\n
    3. Ukur jumlah iterasi prototype<\/em> untuk memungkinkan perbandingan antar proyek.<\/li>\n

      prototype<\/em><\/p>\n

    4. Ukur jumlah prototype<\/em> yang dikerjakan secara paralel atau bersamaan. Studi menunjukkan bahwa mengembangkan prototype<\/em> secara paralel dapat menghasilkan hasil yang lebih kuat.<\/li>\n

      prototype<\/em>
      \nprototype<\/em><\/p>\n

      Perlu dicatat bahwa tidak ada metrik yang mutlak untuk setiap produk. Metrik yang benar akan selalu bergantung pada tujuan bisnis dan visi produk. Atas dasar itu, Pilih metrik kesuksesan yang selaras dengan definisi kesuksesan proyek inovasi kita. Mengingat design thinking <\/em>memiliki beragam aplikasi, kita mungkin mendapat manfaat dengan memilih metrik berdasarkan proyek.<\/p>\n

      design thinking <\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

      Seiring perkembangannya, design thinking juga memiliki model berbeda, antara lain, model IDEO, IBM Design Thinking, d.school Stanford University, dan banyak lagi. Sayangnya, meskipun ada banyak model pemikiran desain yang disajikan selama beberapa tahun terakhir, hanya ada sedikit saran tentang bagaimana kita dapat mengukur hasil dari proses design thinking. design thinking design thinking. design thinking design […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":818,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[16,18,19,73],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/816"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=816"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/816\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2212,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/816\/revisions\/2212"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/818"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=816"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=816"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=816"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}