{"id":783,"date":"2023-04-04T18:00:04","date_gmt":"2023-04-04T11:00:04","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=783"},"modified":"2023-10-18T09:06:16","modified_gmt":"2023-10-18T02:06:16","slug":"menantang-kompetitor-utama-dengan-disruptive-innovation","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/edukasi\/menantang-kompetitor-utama-dengan-disruptive-innovation\/","title":{"rendered":"Menantang Kompetitor Utama dengan Disruptive Innovation\u00a0"},"content":{"rendered":"

Banyak perusahan besar yang mapan dan terkemuka dalam suatu industri cenderung bermain aman dengan hanya terus-menerus melakukan perbaikan, baik terhadap produk atau layanan untuk memperkuat dominasinya di pasar.<\/p>\n

Meski inovasi jenis ini juga ditujukan untuk menyesuaikan kebutuhan pelanggan dan mampu meningkatkan penjualan instan, perusahaan akan menjadi konservatif dan tidak efektif dalam mengeksploitasi terobosan inovasi. Celah inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pendatang untuk \u2018mengganggu\u2019 dominasi mereka melalui apa yang disebut dengan disruptive innovation.<\/em><\/p>\n

disruptive innovation.<\/em>
\nDisruptive innovation <\/em><\/p>\n

Salah satu contoh terkemuka dari disruptive innovation <\/em>yang sukses adalah Netflix. Layanan streaming film itu awalnya menawarkan layanan pengiriman DVD sewaan yang memungkinkan\u00a0 orang menonton film tanpa pergi ke toko video. Dalam hal ini, Netflix mulanya menargetkan pelanggan yang tidak tertarik untuk menonton film yang baru dirilis, sebuah segmen yang kurang penting dari industri film Blockbuster.\u00a0<\/p>\n

disruptive innovation <\/em><\/p>\n

Ketika streaming muncul pada tahun 2007, Netflix menerapkan teknologi baru ke dalam model bisnisnya dengan beralih ke layanan streaming, <\/em>dan terus beradaptasi seiring perkembangannya. Karena Netflix dapat mengadopsi teknologi baru, layanan streaming <\/em>Amerika itu berhasil mempertahankan keunggulan kompetitif\u00a0 yang menarik dan menaklukkan audiens utama industri Blockbuster sepenuhnya. Dalam kasus toko video Blockbuster, streaming adalah inovasi yang mengganggu yang akhirnya menyebabkan bisnis ditutup.<\/p>\n

streaming, <\/em>
\nstreaming <\/em><\/p>\n

Mendefinisikan <\/strong>Disruptive Innovation<\/em><\/strong><\/p>\n

Mendefinisikan <\/strong>
\nDisruptive Innovation<\/em><\/strong>
\nDisruptive Innovation<\/em>
\ndisruptive innovation <\/em><\/p>\n

Disruptive innovation <\/em>umumnya dilakukan perusahaan yang lebih kecil atau pendatang baru dengan memasuki pasar kelas bawah menargetkan segmen pasar yang tidak dilirik oleh pemain utama pada suatu industri. Dengan menargetkan segmen yang terabaikan ini, perusahaan kecil tersebut akan berinovasi untuk menghadirkan produk yang lebih cocok dengan mereka dan seringkali dengan harga yang lebih rendah.<\/p>\n

Disruptive innovation <\/em><\/p>\n

Karena perusahaan mapan dan mapan memiliki segmen pasar yang paling menguntungkannya sendiri. Kemungkinan besar, mereka tidak akan melawan upaya para pendatang untuk mengklaim pangsa pasar yang terabaikan atau yang mereka nilai paling tidak menguntungkan.\u00a0 Alhasil, perusahaan kecil tadi dapat memperoleh pijakan di pasar, mereka kemudian akan meningkatkan penawarannya dan naik ke pasar dengan profitabilitas yang meningkat dan secara bertahap berkembang untuk menarik basis pelanggan kompetitor utama di industri tersebut.<\/p>\n

Incremental innovation <\/em><\/strong>vs <\/strong>Disruptive Innovation<\/em><\/strong><\/p>\n

Incremental innovation <\/em><\/strong>
\nIncremental innovation <\/em>
\nvs <\/strong>
\nweb link<\/a>
\nDisruptive Innovation<\/em><\/strong>
\nDisruptive Innovation<\/em><\/p>\n

Christensen, seperti yang disebut Interaction Design Foundation, <\/em>mengidentifikasi perbedaan antara inovasi yang didasarkan pada kelanjutan bisnis atau incremental innovation <\/em>dengan inovasi yang mengganggu. Menurutnya, dalam situasi ketika persaingan didasarkan pada perbaikan produk yang lebih baik untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan, pemain besar hampir selalu menang.<\/p>\n

Interaction Design Foundation, <\/em>
\nincremental innovation <\/em><\/p>\n

Namun, ketika tantangannya adalah untuk mengkomersialkan produk yang lebih sederhana dan lebih nyaman yang dijual dengan harga lebih murah untuk menarik pelanggan baru atau basis pelanggan yang tidak terabaikan, para pendatang cenderung mengalahkan pemain lama. Temuan ini tentu saja menyiratkan, bahwa cara terbaik bagi pemula untuk menyerang pesaing atau kompetitor besar adalah dengan mengganggu bisnis mereka. Christensen bahkan menyebut bahwa mengadopsi strategi disruptive innovation <\/em>dapat meningkatkan peluang pertumbuhan bisnis yang sukses dari 6 menjadi 37 persen.<\/p>\n

disruptive innovation <\/em><\/p>\n

Perlu dicatat, tidak ada yang buruk dari incremental innovation. <\/em>Faktanya, banyak perusahaan menjadi unggul karena mempertahankan inovasi yang berkelanjutan. Namun, strategi inovasi sejenis ini bukanlah cara yang layak untuk membangun pertumbuhan bisnis baru. Pasalnya, jika kita membuat dan mencoba menjual produk yang lebih baik untuk menggaet segmen pelanggan yang dimiliki pesaing atau kompetitor besar yang sudah mapan, maka pesaing akan termotivasi untuk melawan daripada melarikan diri.\u00a0<\/p>\n

incremental innovation. <\/em><\/p>\n

Sebaliknya, jika menargetkan segmen pasar yang diabaikan oleh kompetitor utama, maka kemungkinan besar mereka tidak akan merasa terganggu, hingga kita berhasil menarik pelanggan mereka dan ketika kompetitor besar mengenali gangguan yang kita buat, sudah sangat terlambat bagi mereka untuk bertindak.<\/p>\n

disruptive innovation\u00a0 <\/em>
\nPertama, <\/em>
\nlow-end disruption. <\/em><\/p>\n

Kedua, <\/em>gangguan pasar baru atau new-market disruption. <\/em>Gangguan pasar baru terjadi ketika perusahaan berupaya menciptakan segmen baru di pasar yang ada dengan menawarkan versi produk yang berbiaya rendah. Menawarkan produk yang lebih hemat biaya, sederhana, atau mudah diakses secara efektif menciptakan segmen baru.<\/p>\n

Kedua, <\/em>
\nnew-market disruption. <\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Banyak perusahan besar yang mapan dan terkemuka dalam suatu industri cenderung bermain aman dengan hanya terus-menerus melakukan perbaikan, baik terhadap produk atau layanan untuk memperkuat dominasinya di pasar. Meski inovasi jenis ini juga ditujukan untuk menyesuaikan kebutuhan pelanggan dan mampu meningkatkan penjualan instan, perusahaan akan menjadi konservatif dan tidak efektif dalam mengeksploitasi terobosan inovasi. Celah […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":793,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[18,19],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/783"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=783"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/783\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2217,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/783\/revisions\/2217"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/793"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=783"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=783"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=783"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}