{"id":710,"date":"2023-04-14T17:20:00","date_gmt":"2023-04-14T10:20:00","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=710"},"modified":"2023-10-18T08:58:08","modified_gmt":"2023-10-18T01:58:08","slug":"alasan-ilmiah-di-balik-popularitas-design-thinking","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/edukasi\/alasan-ilmiah-di-balik-popularitas-design-thinking\/","title":{"rendered":"Alasan Ilmiah di Balik Popularitas Design Thinking"},"content":{"rendered":"

Metode berpikir out-the-box<\/em> ini sekarang diajarkan di universitas terkemuka di seluruh dunia termasuk Stanford, Harvard, dan Imperial College London.\u00a0<\/p>\n

out-the-box<\/em><\/p>\n

Design thinking <\/em>juga semakin populer selama beberapa dekade terakhir karena berhasil menjadi kunci kesuksesan banyak organisasi global terkemuka. Perusahaan ternama seperti Apple, Google, dan Samsung, bahkan telah mengadopsi pendekatan design thinking<\/em> dalam operasional mereka.<\/p>\n

Design thinking <\/em>
\ndesign thinking<\/em><\/p>\n

Walau terdengar menakjubkan, kita perlu memahami metode design thinking <\/em>untuk mengadopsinya ke dalam alur kerja perusahaan. Pasalnya, tanpa pemahaman mendalam, mustahil bagi siapapun untuk menjalankannya. Jadi, mari mengenal lebih dekat apa itu design thinking <\/em>\u00a0dan mengapa metode satu ini sangat populer.<\/p>\n

design thinking <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Pengertian <\/strong>Design Thinking<\/em><\/strong><\/p>\n

Pengertian <\/strong>
\nDesign Thinking<\/em><\/strong>
\nDesign Thinking<\/em>
\ndesign thinking\u00a0<\/em>
\ndesign thinking <\/em>
\nprototype<\/em><\/p>\n

Design thinking<\/em>\u00a0menekankan pada siklus berpikir terus menerus, dengan menyediakan ruang untuk improvisasi yang terus berempati-uji-kegagalan-sukses-empati dan sebagainya.\u00a0<\/p>\n

Design thinking<\/em><\/p>\n

Proses\u00a0design thinking\u00a0<\/em>yang berulang meningkatkan kemampuan seseorang untuk mempertanyakan masalah, meragukan asumsi dan implikasinya. Karena itulah aplikasi\u00a0design thinking\u00a0<\/em>mendorong perusahaan untuk menciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan nyata pelanggan mereka. Atas dasar itu, mempelajari tahapan\u00a0design thinking\u00a0<\/em>akan memungkinkan siapapun untuk mencapai keunggulan kompetitif, dan tentunya menuai keuntungan finansial dengan menciptakan produk yang dibentuk oleh kebutuhan manusia.<\/p>\n

design thinking\u00a0<\/em>
\ndesign thinking\u00a0<\/em>
\ndesign thinking\u00a0<\/em><\/p>\n

Walau design thinking <\/em>didasarkan pada alur kerja desainer dalam memetakan tahapan desain, metode atau ideologi ini membantu kita untuk secara sistematis mengekstraksi, mempelajari, dan menerapkan teknik pemecahan masalah yang berpusat pada manusia, baik itu pada desain, bisnis, hukum dan banyak hal.<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Manfaat <\/strong>Design Thinking<\/em><\/strong><\/p>\n

Manfaat <\/strong>
\nDesign Thinking<\/em><\/strong>
\nDesign Thinking<\/em><\/p>\n

Meski inovasi memungkinkan keunggulan kompetitif, proses ini menjadi sia-sia apabila tak ada orang yang mau menggunakan produk atau layanan baru yang diciptakannya. Atas dasar itu hasil inovasi haruslah berguna dan berdampak.<\/p>\n

Menjawab tantangan ini, design thinking <\/em>menawarkan inovasi yang berpusat pada pelanggan sehingga hasilnya sudah pasti sesuai atau dibutuhkan pasar.<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Pada sisi lain, design thinking <\/em>juga menawarkan proses inovasi yang pasti daripada skema trial-and-error <\/em>yang sangat memakan waktu, mahal, dan pada akhirnya tidak efektif.\u00a0<\/p>\n

have a peek at this web-site<\/a>
\ndesign thinking <\/em>
\ntrial-and-error <\/em><\/p>\n

Berikut lima manfaat utama keterampilan design thinking <\/em>yang telah dirangkum dari berbagai sumber:<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

1.<\/strong> Design thinking<\/em> memicu kita berpikir out-of-the-box<\/em><\/strong><\/p>\n

1.<\/strong>
\nDesign thinking<\/em> memicu kita berpikir out-of-the-box<\/em><\/strong>
\nDesign thinking<\/em>
\nout-of-the-box<\/em><\/p>\n

Berpikir out-of-the-box <\/em>berarti mencoba mengembangkan cara berpikir baru, yang tidak mengikuti metode pemecahan masalah yang dominan atau lebih umum.<\/p>\n

out-of-the-box <\/em><\/p>\n

Salah satu elemen pemikiran out-of-the-box <\/em>dalam design thinking <\/em>adalah dengan meragukan atau mempertanyakan kembali asumsi yang telah dimiliki. Proses ini memungkinkan untuk membuktikan apakah asumsi itu valid atau tidak.<\/p>\n

out-of-the-box <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Alih-alih berfokus pada masalah, design thinking <\/em>berbasis pada solusi yang berpusat pada pengguna. Misalnya, jika sebuah tim kesulitan melakukan transisi ke pekerjaan jarak jauh atau remote<\/em>, maka metodologi design thinking <\/em>akan mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan cara meningkatkan keterlibatan karyawan daripada berfokus pada masalah penurunan produktivitas.<\/p>\n

design thinking <\/em>
\n remote<\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Karena design thinking <\/em>memberi kita sarana untuk berpikir out-of-the-box, <\/em>perusahaan dapat menggali lebih dalam ke ketika memecahkan masalah. Interaction Design Foundation, <\/em>menuturkan metode ini juga dapat memungkinkan para inovator terbuka pada segala solusi yang ada dan membantu mereka untuk menemukan ide yang lebih orisinal. Berpikir out-of-the-box <\/em>juga membantu para inovator untuk tetap bergerak maju ketika menghadapi kebuntuan dalam proses inovasi.<\/p>\n

design thinking <\/em>
\nout-of-the-box, <\/em>
\nInteraction Design Foundation, <\/em>
\nout-of-the-box <\/em><\/p>\n

Kemampuan ini tentunya membantu perusahaan melakukan penelitian yang tepat, membuat prototype<\/em>, dan menguji produk dan layanan untuk menemukan cara baru demi memenuhi kebutuhan pengguna atau konsumen mereka sendiri.<\/p>\n

prototype<\/em><\/p>\n

2. Design thinking<\/em> memiliki sisi ilmiah<\/strong><\/p>\n

2. Design thinking<\/em> memiliki sisi ilmiah<\/strong>
\nDesign thinking<\/em><\/p>\n

Sisi ilmiah design thinking <\/em>terlihat dari caranya menggabungkan penelitian rasional dan analitis untuk menjawab masalah.\u00a0<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Melansir laman Medium,<\/em> design thinking <\/em>adalah metode ilmiah yang diperluas untuk mencakup observasi terhadap perilaku manusia, termasuk emosi di balik perilaku tersebut. Data itulah yang kemudian digunakan untuk menciptakan solusi bagi masalah bisnis yang kompleks. Ini dapat bekerja dengan sangat baik sesuai dengan metode ilmiah.\u00a0<\/p>\n

Medium,<\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Jika metode ilmiah unggul untuk memahami data objektif dan kuantitatif, design thinking <\/em>menawarkan cara untuk mengumpulkan dan memahami data subjektif dan kualitatif, seperti keinginan, kebutuhan, serta pengalaman pribadi pelanggan terkait produk atau layanan perusahaan.<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Jenis data ini sangat membantu pada tahap awal proyek pengembangan produk atau layanan, ketika banyak yang tidak perusahaan ketahui. Pada tahap awal inilah hipotesis dibentuk dari data dan wawasan pelanggan yang dikumpulkan. Sama seperti metode ilmiah, design thinking <\/em>mengharuskan perusahaan untuk terus menguji dan memvalidasi hipotesis tersebut.<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

3. Mendapatkan pemahaman tentang pelanggan<\/strong><\/p>\n

3. Mendapatkan pemahaman tentang pelanggan<\/strong><\/p>\n

Karena berpusat pada pengguna, design thinking <\/em>mengharuskan perusahaan untuk memahami secara mendalam mengenai pelanggan mereka dan apa yang mereka inginkan dari produk atau layanan yang perusahaan berikan.\u00a0<\/p>\n

design thinking <\/em><\/p>\n

Dengan memposisikan diri sebagai pelanggan, perusahaan mampu berinovasi sesuai kebutuhan aktual pelanggan daripada hanya berasumsi. Pemahaman ini juga bisa digunakan untuk mengadvokasi pelanggan potensial mengenai mengapa suatu produk cocok untuk mereka.<\/p>\n

4. Mendorong Pendapatan<\/strong><\/p>\n

4. Mendorong Pendapatan<\/strong><\/p>\n

Design thinking <\/em>memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan inovasi produk yang memberi nilai tambah bagi kepuasan pelanggan dan tentunya mendorong pendapatan perusahaan.<\/p>\n

Design thinking <\/em><\/p>\n

Dengan design thinking<\/em>, perusahaan dapat terus memperbaiki produk yang sudah ada dan atau membuat produk baru yang memenuhi kepuasan pelanggan. Hal ini tentunya mendorong kinerja bisnis yang lebih baik dari waktu ke waktu.\u00a0<\/p>\n

design thinking<\/em><\/p>\n

5. Lebih efisien<\/strong><\/p>\n

5. Lebih efisien<\/strong><\/p>\n

Jika trial-and-error <\/em>membuat proses inovasi berjalan lama\u00a0 dan berulang, design thinking <\/em>dapat merampingkan proses inovasi, dan menjadikannya sebagai bagian operasional sehari-hari. Sementara kegagalan dan kesalahan adalah bagian yang diharapkan dari pengujian ide dan iterasi produk, design thinking <\/em>memperhitungkan kemungkinan ini dan menjadikannya bagian dari proses berpikir yang dapat ditindaklanjuti.<\/p>\n

trial-and-error <\/em>
\ndesign thinking <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Menerapkan Design Thinking <\/em>Bersama Innovesia<\/strong><\/p>\n

Menerapkan Design Thinking <\/em>Bersama Innovesia<\/strong>
\nDesign Thinking <\/em><\/p>\n

Sebagai salah satu pengadopsi awal design thinking<\/em>, di Indonesia, Innovesia meyakini design thinking <\/em>merupakan solusi bagi bisnis untuk menghadirkan produk atau layanan yang benar-benar menjawab kebutuhan target penggunanya atau product market-fit<\/em> dan bukan mengedepankan teknologi atau fiturnya.<\/p>\n

design thinking<\/em>
\ndesign thinking <\/em>
\nproduct market-fit<\/em><\/p>\n

Dengan begitu, bisnis dapat mengembangkan pemahaman terbaik tentang pelanggan, kebutuhan mereka, dan masalah yang mendasari pengembangan produk atau layanan yang ingin diciptakan atau perbaiki.\u00a0<\/strong><\/p>\n

\u00a0<\/strong><\/p>\n

Selain bisnis, Innovesia telah membantu lebih instansi pemerintah, organisasi dan institusi pendidikan secara lokal dan global untuk berinovasi dengan \u00a0mengimplementasikan metodologi design thinking. <\/em><\/p>\n

design thinking. <\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Metode berpikir out-the-box ini sekarang diajarkan di universitas terkemuka di seluruh dunia termasuk Stanford, Harvard, dan Imperial College London.\u00a0 out-the-box Design thinking juga semakin populer selama beberapa dekade terakhir karena berhasil menjadi kunci kesuksesan banyak organisasi global terkemuka. Perusahaan ternama seperti Apple, Google, dan Samsung, bahkan telah mengadopsi pendekatan design thinking dalam operasional mereka. Design […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":673,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[16,18,20],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/710"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=710"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/710\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2209,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/710\/revisions\/2209"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/673"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=710"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=710"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=710"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}