{"id":654,"date":"2023-05-05T16:12:06","date_gmt":"2023-05-05T09:12:06","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=654"},"modified":"2023-10-18T08:58:02","modified_gmt":"2023-10-18T01:58:02","slug":"empat-tipe-inovator-yang-diburu-perusahaan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/edukasi\/empat-tipe-inovator-yang-diburu-perusahaan\/","title":{"rendered":"Empat Tipe Inovator yang Diburu Perusahaan"},"content":{"rendered":"

Meneliti preferensi dan peran inovasi 112.497 karyawan dari banyak institusi ternama di 84 negara, seperti NASA hingga Microsoft, Profesor Emeritus Perilaku Organisasi di McMaster University, Min Basadur dan rekan-rekannya berhasil mengidentifikasi kemampuan kognitif para peserta dalam memecahkan masalah dan mengkategorikannya ke dalam empat gaya inovasi sesuai proses inovasi empat tahap.<\/p>\n

Konsep ini diyakini para peneliti membantu perusahaan untuk dapat mengidentifikasi di mana orang-orang tertentu dibutuhkan dan siapa yang harus bekerja sama untuk menghasilkan ide-ide terobosan baru. Mengidentifikasi karyawan berdasarkan gaya inovasi mereka juga mendorong perusahaan untuk mengelola upaya inovasi mereka secara lebih efektif.\u00a0<\/p>\n

Berikut keempat gaya atau karakteristik karyawan yang diperlukan perusahaan untuk berinovasi:<\/p>\n

1. Generator<\/em><\/strong><\/p>\n

1. Generator<\/em><\/strong>
\nGenerator<\/em><\/p>\n

Seorang generator<\/em> mampu mengidentifikasi masalah dan solusi berdasarkan pengalaman langsung mereka. Generator<\/em> peka terhadap dunia di sekitar mereka sehingga mudah bagi mereka untuk menemukan kesenjangan atau masalah yang layak ditangani sebagai peluang inovasi.<\/p>\n

generator<\/em>
\nGenerator<\/em><\/p>\n

Sayangnya, generator <\/em>jarang ditemukan dalam perusahaan. Dari ratusan ribu responden yang disurvei dalam penelitian tersebut, hanya 17 persen yang merupakan generator.\u00a0<\/em><\/p>\n

generator <\/em>
\ngenerator.\u00a0<\/em><\/p>\n

Ini berarti kecuali para pemimpin sengaja menyertakan generator dalam tim, mereka mungkin tidak terwakili sama sekali. Padahal, tak adanya generator <\/em>membuat organisasi lebih mungkin kehilangan peluang untuk perubahan yang berharga.<\/p>\n

generator <\/em><\/p>\n

2. Conceptualizer<\/em><\/strong><\/p>\n

2. Conceptualizer<\/em><\/strong>
\nConceptualizer<\/em><\/p>\n

Apabila generator <\/em>mampu menemukan masalah melalui keterlibatan langsung, seorang conceptualizer<\/em> cenderung lebih suka mendefinisikan dan memahami masalah melalui analisis secara menyeluruh.<\/p>\n

generator <\/em>
\nconceptualizer<\/em><\/p>\n

Conceptualizer <\/em>cenderung lebih suka memodelkan masalah dengan jelas dengan mengintegrasikan berbagai bagian, hubungan, dan wawasan bersama yang kemudian mereka digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan satu atau lebih solusi.<\/p>\n

Conceptualizer <\/em><\/p>\n

Layaknya generator, conceptualizer <\/em>merupakan gaya inovasi terlangka kedua. Dari 112.497 responden, hanya 19 persen dari mereka yang memiliki gaya inovasi ini. Mayoritas dari mereka adalah seorang eksekutif yang dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan.<\/p>\n

generator, conceptualizer <\/em><\/p>\n

Adapun conceptualizer <\/em>paling umum diposisikan dalam pekerjaan yang sangat penting, seperti pengembangan organisasi (61%), perencanaan strategis (57%), dan riset pasar (52%).<\/p>\n

read this<\/a>
\nconceptualizer <\/em><\/p>\n

3. Optimizer<\/em><\/strong><\/p>\n

3. Optimizer<\/em><\/strong>
\nOptimizer<\/em><\/p>\n

Optimizer <\/em>bekerja pada tahapan selanjutnya. Orang dengan gaya inovasi ini bekerja dengan cara mengevaluasi ide inovasi dan menyarankan solusi.\u00a0<\/p>\n

Optimizer <\/em><\/p>\n

Melansir HBR, <\/em>seorang optimizer<\/em> lebih suka memeriksa secara sistematis semua alternatif yang ada untuk mengimplementasikan solusi terbaik di antara opsi yang ia atau tim ketahui.<\/p>\n

HBR, <\/em>
\noptimizer<\/em><\/p>\n

Apabila conceptualizer <\/em>lebih banyak berada pada level eksekutif, optimizer <\/em>justru paling umum di antara tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Di mana 27 persen optimizer <\/em>yang disurvei mengisi jabatan non-manajer dan hanya 20 dari mereka yang mengisi jabatan eksekutif.<\/p>\n

conceptualizer <\/em>
\noptimizer <\/em>
\noptimizer <\/em><\/p>\n

Optimizer <\/em>juga paling banyak terdapat pada departemen yang selalu berupaya mencari rencana, proses dan solusi yang praktis dan terperinci seperti teknik (43%), manufaktur (38%), dan keuangan (36%).<\/p>\n

Optimizer <\/em><\/p>\n

4. Implementers<\/em><\/strong><\/p>\n

4. Implementers<\/em><\/strong>
\nImplementers<\/em><\/p>\n

Seorang implementers <\/em>selalu antusias untuk langsung mengambil tindakan. Sayangnya, mereka terkadang melakukan tindakan dengan tidak sabaran. Para implementers<\/em> selalu ingin langsung bereksperimen dengan solusi baru sebelum mengujinya, baru melakukan penyesuaian berdasarkan hasil eksperimen tersebut.<\/p>\n

implementers <\/em>
\nimplementers<\/em><\/p>\n

Survei Harvard Business Review <\/em>menemukan bahwa gaya inovasi ini paling banyak ditemui di perusahaan. Sekitar 41 persen dari 112.497 responden yang diteliti mengadopsi gaya inovasi ini. Mereka juga tersebar merata di berbagai divisi seperti manajer eksekutif (36%), non-manajer (41%), penyelia (44%), dan manajer menengah (43%).<\/p>\n

Harvard Business Review <\/em><\/p>\n

Tantangan bagi Organisasi<\/strong><\/p>\n

Tantangan bagi Organisasi<\/strong><\/p>\n

Setidaknya ada dua temuan yang perlu diperhatikan perusahaan terkait cara mereka berinovasi. Pertama, keempat gaya inovasi yang amat dibutuhkan itu umumnya tidak terdistribusi dengan baik pada banyak perusahaan.\u00a0<\/p>\n

Misalnya, hanya sekitar 17 persen individu merupakan generator <\/em>sementara 41 persen di antaranya merupakan\u00a0 adalah seorang implementers<\/em>. Kedua, orang cenderung memilih posisi pekerjaan berdasarkan gaya inovasi mereka. Artinya, bukan tidak mungkin bahwa sejumlah orang yang memiliki gaya inovasi atau kemampuan kognitif serupa berkumpul di satu divisi atau pekerjaan tertentu.<\/p>\n

generator <\/em>
\nimplementers<\/em><\/p>\n

Dengan kata lain, perusahaan cenderung tidak memiliki keseimbangan gaya inovasi dengan keragaman kognitif yang ideal untuk inovasi. Misalnya, ketika tak memiliki generator<\/em> maka perusahaan akan kehilangan peluang untuk berinovasi karena gagal mengidentifikasi masalah.<\/p>\n

generator<\/em><\/p>\n

Namun, karena generator<\/em> juga tidak selalu tertarik untuk mengartikulasikan pemahaman yang jelas tentang masalah secara spesifik atau potensi solusinya, perusahaan jelas membutuhkan conceptualizer <\/em>dan optimizer.\u00a0<\/em><\/p>\n

generator<\/em>
\nconceptualizer <\/em>
\noptimizer.\u00a0<\/em><\/p>\n

Tanpa keduanya, peluang inovasi hanya menjadi sebatas peluang tanpa ada eksekusi atau jalan keluar. Hal ini terjadi karena tidak ada sosok yang mampu merumuskan masalah dan menguji solusi dengan kritis sebelum diimplementasikan.<\/p>\n

Sementara tanpa kehadiran implementers, <\/em>bukan tidak mungkin perusahaan gagal menyepakati rekomendasi akhir. Pasalnya, setiap kali mereka mengira mereka telah mengantongi rekomendasi atau solusi untuk diteruskan, seseorang mungkin akan bersikeras melakukan revisi untuk mempertimbangkan informasi baru atau untuk membuat strategi lebih komprehensif.\u00a0<\/p>\n

implementers, <\/em><\/p>\n

Atas sasar itu, para peneliti dari Harvard University dan McMaster University mencatat perlunya memastikan keterwakilan dari keempat gaya inovasi.\u00a0<\/p>\n

Apabila sulit, maka para pengambil keputusan perlu mengidentifikasi dan mengisolasi tahap yang membuat proses inovasi mandek dan memperkuat\u00a0 gaya inovasi yang tak perusahaan atau tim inovasi miliki untuk mengatasi keterlambatan itu.<\/p>\n

Berinovasi Bersama Innovesia<\/strong><\/p>\n

Berinovasi Bersama Innovesia<\/strong><\/p>\n

Melalui buku Open Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology <\/em>yang dirilis pada 2003, Henry Chesbrough merumuskan open innovation <\/em>sebagai\u00a0 pendekatan inovasi yang lebih terdistribusi, lebih partisipatif, dan lebih terdesentralisasi yang menciptakan lebih banyak keuntungan bagi bisnis.\u00a0<\/p>\n

Open Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology <\/em>
\nopen innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em><\/p>\n

Kami telah berhasil menjadi mitra sejumlah institusi terkemuka, seperti membantu holding BUMN pertambangan Indonesia MIND ID untuk menjawab tantangan inovasi dalam industri pertambangan hingga melalui kompetisi inovatif. Hingga membantu UNICEF mendorong remaja Indonesia dalam menjawab masalah kesehatan di masa depan.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Meneliti preferensi dan peran inovasi 112.497 karyawan dari banyak institusi ternama di 84 negara, seperti NASA hingga Microsoft, Profesor Emeritus Perilaku Organisasi di McMaster University, Min Basadur dan rekan-rekannya berhasil mengidentifikasi kemampuan kognitif para peserta dalam memecahkan masalah dan mengkategorikannya ke dalam empat gaya inovasi sesuai proses inovasi empat tahap. Konsep ini diyakini para peneliti […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":662,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[18,19],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=654"}],"version-history":[{"count":4,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2205,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654\/revisions\/2205"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/662"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=654"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=654"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=654"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}