conceptualizer <\/em><\/p>\n3. Optimizer<\/em><\/strong><\/p>\n3. Optimizer<\/em><\/strong>
\nOptimizer<\/em><\/p>\nOptimizer <\/em>bekerja pada tahapan selanjutnya. Orang dengan gaya inovasi ini bekerja dengan cara mengevaluasi ide inovasi dan menyarankan solusi.\u00a0<\/p>\nOptimizer <\/em><\/p>\nMelansir HBR, <\/em>seorang optimizer<\/em> lebih suka memeriksa secara sistematis semua alternatif yang ada untuk mengimplementasikan solusi terbaik di antara opsi yang ia atau tim ketahui.<\/p>\nHBR, <\/em>
\noptimizer<\/em><\/p>\nApabila conceptualizer <\/em>lebih banyak berada pada level eksekutif, optimizer <\/em>justru paling umum di antara tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Di mana 27 persen optimizer <\/em>yang disurvei mengisi jabatan non-manajer dan hanya 20 dari mereka yang mengisi jabatan eksekutif.<\/p>\nconceptualizer <\/em>
\noptimizer <\/em>
\noptimizer <\/em><\/p>\nOptimizer <\/em>juga paling banyak terdapat pada departemen yang selalu berupaya mencari rencana, proses dan solusi yang praktis dan terperinci seperti teknik (43%), manufaktur (38%), dan keuangan (36%).<\/p>\nOptimizer <\/em><\/p>\n4. Implementers<\/em><\/strong><\/p>\n4. Implementers<\/em><\/strong>
\nImplementers<\/em><\/p>\nSeorang implementers <\/em>selalu antusias untuk langsung mengambil tindakan. Sayangnya, mereka terkadang melakukan tindakan dengan tidak sabaran. Para implementers<\/em> selalu ingin langsung bereksperimen dengan solusi baru sebelum mengujinya, baru melakukan penyesuaian berdasarkan hasil eksperimen tersebut.<\/p>\nimplementers <\/em>
\nimplementers<\/em><\/p>\nSurvei Harvard Business Review <\/em>menemukan bahwa gaya inovasi ini paling banyak ditemui di perusahaan. Sekitar 41 persen dari 112.497 responden yang diteliti mengadopsi gaya inovasi ini. Mereka juga tersebar merata di berbagai divisi seperti manajer eksekutif (36%), non-manajer (41%), penyelia (44%), dan manajer menengah (43%).<\/p>\nHarvard Business Review <\/em><\/p>\nTantangan bagi Organisasi<\/strong><\/p>\nTantangan bagi Organisasi<\/strong><\/p>\nSetidaknya ada dua temuan yang perlu diperhatikan perusahaan terkait cara mereka berinovasi. Pertama, keempat gaya inovasi yang amat dibutuhkan itu umumnya tidak terdistribusi dengan baik pada banyak perusahaan.\u00a0<\/p>\n
Misalnya, hanya sekitar 17 persen individu merupakan generator <\/em>sementara 41 persen di antaranya merupakan\u00a0 adalah seorang implementers<\/em>. Kedua, orang cenderung memilih posisi pekerjaan berdasarkan gaya inovasi mereka. Artinya, bukan tidak mungkin bahwa sejumlah orang yang memiliki gaya inovasi atau kemampuan kognitif serupa berkumpul di satu divisi atau pekerjaan tertentu.<\/p>\ngenerator <\/em>
\nimplementers<\/em><\/p>\nDengan kata lain, perusahaan cenderung tidak memiliki keseimbangan gaya inovasi dengan keragaman kognitif yang ideal untuk inovasi. Misalnya, ketika tak memiliki generator<\/em> maka perusahaan akan kehilangan peluang untuk berinovasi karena gagal mengidentifikasi masalah.<\/p>\ngenerator<\/em><\/p>\nNamun, karena generator<\/em> juga tidak selalu tertarik untuk mengartikulasikan pemahaman yang jelas tentang masalah secara spesifik atau potensi solusinya, perusahaan jelas membutuhkan conceptualizer <\/em>dan optimizer.\u00a0<\/em><\/p>\ngenerator<\/em>
\nconceptualizer <\/em>
\noptimizer.\u00a0<\/em><\/p>\nTanpa keduanya, peluang inovasi hanya menjadi sebatas peluang tanpa ada eksekusi atau jalan keluar. Hal ini terjadi karena tidak ada sosok yang mampu merumuskan masalah dan menguji solusi dengan kritis sebelum diimplementasikan.<\/p>\n
Sementara tanpa kehadiran implementers, <\/em>bukan tidak mungkin perusahaan gagal menyepakati rekomendasi akhir. Pasalnya, setiap kali mereka mengira mereka telah mengantongi rekomendasi atau solusi untuk diteruskan, seseorang mungkin akan bersikeras melakukan revisi untuk mempertimbangkan informasi baru atau untuk membuat strategi lebih komprehensif.\u00a0<\/p>\nimplementers, <\/em><\/p>\nAtas sasar itu, para peneliti dari Harvard University dan McMaster University mencatat perlunya memastikan keterwakilan dari keempat gaya inovasi.\u00a0<\/p>\n
Apabila sulit, maka para pengambil keputusan perlu mengidentifikasi dan mengisolasi tahap yang membuat proses inovasi mandek dan memperkuat\u00a0 gaya inovasi yang tak perusahaan atau tim inovasi miliki untuk mengatasi keterlambatan itu.<\/p>\n
Berinovasi Bersama Innovesia<\/strong><\/p>\nBerinovasi Bersama Innovesia<\/strong><\/p>\nMelalui buku Open Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology <\/em>yang dirilis pada 2003, Henry Chesbrough merumuskan open innovation <\/em>sebagai\u00a0 pendekatan inovasi yang lebih terdistribusi, lebih partisipatif, dan lebih terdesentralisasi yang menciptakan lebih banyak keuntungan bagi bisnis.\u00a0<\/p>\nOpen Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology <\/em>
\nopen innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em><\/p>\nKami telah berhasil menjadi mitra sejumlah institusi terkemuka, seperti membantu holding BUMN pertambangan Indonesia MIND ID untuk menjawab tantangan inovasi dalam industri pertambangan hingga melalui kompetisi inovatif. Hingga membantu UNICEF mendorong remaja Indonesia dalam menjawab masalah kesehatan di masa depan.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Meneliti preferensi dan peran inovasi 112.497 karyawan dari banyak institusi ternama di 84 negara, seperti NASA hingga Microsoft, Profesor Emeritus Perilaku Organisasi di McMaster University, Min Basadur dan rekan-rekannya berhasil mengidentifikasi kemampuan kognitif para peserta dalam memecahkan masalah dan mengkategorikannya ke dalam empat gaya inovasi sesuai proses inovasi empat tahap. Konsep ini diyakini para peneliti […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":662,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[18,19],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=654"}],"version-history":[{"count":4,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2205,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/654\/revisions\/2205"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/662"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=654"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=654"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=654"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}