{"id":626,"date":"2023-06-07T15:49:48","date_gmt":"2023-06-07T08:49:48","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=626"},"modified":"2023-10-18T08:37:04","modified_gmt":"2023-10-18T01:37:04","slug":"gagal-memahami-user-needs-startup-triangulate-terpaksa-gulung-tikar","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/teknologi\/gagal-memahami-user-needs-startup-triangulate-terpaksa-gulung-tikar\/","title":{"rendered":"Gagal Memahami User Needs, Startup Triangulate Terpaksa Gulung Tikar"},"content":{"rendered":"

Banyak startup <\/em>berlomba menawarkan kebaruan teknologi dalam menciptakan produk atau jasa. Tak sedikit yang percaya bahwa kebaruan yang mereka bawa akan sangat menarik dan laku di pasaran. Tanpa berbicara pada target konsumen, startup <\/em>sepenuhnya mempercayakan asumsi atau penilaian mereka ketika mengembangkan produk atau jasa baru.<\/p>\n

startup <\/em>
\nstartup <\/em><\/p>\n

Sayangnya, mendasarkan bisnis pada asumsi-asumsi ini tak akan membawa startup <\/em>menuju kesuksesan. Inilah yang terjadi dengan startup <\/em>Triangulate ketika menciptakan aplikasi kencan sosial yang secara otomatis mengekstrak data profil konsumen dari jejaring sosial mereka.<\/p>\n

startup <\/em>
\nstartup <\/em><\/p>\n

Meski berhasil mengumpulkan pendanaan hingga USD 750.000 (setara dengan Rp11,6 miliar) dari venture capital<\/em>, aplikasi kencan bernama Wings yang dikembangkan Triangulate harus berujung pada bangkrutnya perusahaan.<\/p>\n

venture capital<\/em><\/p>\n

Kisah kegagalan Triangulate dimulai pada 2010 ketika pendirinya, Sunil Nagaraj awalnya bermaksud menciptakan sebuah software <\/em>atau perangkat lunak bagi aplikasi kencan, yang mampu secara otomatis mengekstrak data profil konsumen dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Spotify, dan Netflix. Software tersebut <\/em>kemudian akan menggunakan algoritma untuk memasangkan pengguna yang selera dan kebiasaannya menunjukkan bahwa mereka mungkin cocok secara romantis.\u00a0<\/p>\n

software <\/em>
\nSoftware tersebut <\/em><\/p>\n

Alih-alih mendirikan aplikasi kencannya sendiri, software <\/em>itu awalnya hendak dilisensikan Triangulate ke situs kencan yang sudah ada seperti eHarmony dan Match. Namun, Venture Capital menolak memberikan pendanaan untuk mendukung rencana Nagaraj dan meminta ia untuk lebih dulu menandatangani kesepakatan lisensi.<\/p>\n

software <\/em><\/p>\n

Bergerak dengan cepat untuk membuktikan kepada calon pemegang lisensi bahwa software <\/em>yang diciptakannya berfungsi dengan baik, Nagaraj memutuskan untuk menggunakan software <\/em>tersebut demi memperkuat situs kencan yang Triangulate buat sendiri.<\/p>\n

software <\/em>
\nsoftware <\/em>
\narticle source<\/a><\/p>\n

Gagasannya berhasil, Nagaraj mengumpulkan USD 750.000 atau sekitar Rp11,6 miliar yang digunakan Triangulate untuk meluncurkan situs kencan bernama Wings. Berkat software <\/em>pencocokan yang diciptakan Nagaraj, Wings secara otomatis mengisi profil pengguna dengan menghubungkan ke Facebook dan layanan online lainnya.<\/p>\n

software <\/em><\/p>\n

Keunikan lain yang dimiliki Wings adalah pengguna dapat mengundang teman Facebook mereka sebagai \u201cWingman\u201d yang dalam hal ini mengacu sebagai mak comblang. Namun, keunikan dan kebaruan yang dimiliki Wings dalam ranah aplikasi kencan tak lantas membawanya menjadi aplikasi kencan yang diminati.<\/p>\n

Kurang dari setahun mengudara, Nagaraj memutuskan tak lagi menggunakan algoritma pencocokan berdasarkan profil jejaring media sosial pengguna, ia pun meninggalkan konsep Wingman yang dibanggakan.\u00a0<\/p>\n

Ternyata, pengguna tak sepenuhnya tertarik dengan algoritma tersebut. Sebaliknya, pengguna lebih menyukai kecocokan yang didasarkan pada daya tarik fisik, kedekatan, dan tanggapan calon pasangan terhadap pesan, dan semua ini adalah kriteria yang umum digunakan banyak situs kencan yang ada. Terkait peran Wingman, banyak pengguna yang justru merasa tidak nyaman menjadikan kehidupan kencan mereka sebagai buku terbuka bagi teman-teman mereka.<\/p>\n

Walaupun basis pengguna Wings tumbuh, keterlibatan pengguna yang dilaporkan jauh lebih rendah dari yang diharapkan. Pendapatan per pengguna juga jauh dari proyeksi Nagaraj. Wings juga kesulitan mendapatkan pengguna baru. Dengan model bisnis yang tidak berkelanjutan, Nagaraj dan timnya harus memutar otaknya untuk menyelamatkan bisnisnya di tengah saldo kas yang menipis.<\/p>\n

Meski sempat menawarkan ide baru dengan menciptakan aplikasi kencan baru bernama DateBuzz, Triangulate tetap dihadapkan pada kegagalan. Tak yakin dengan prospek bisnisnya, Nagaraj lantas memutuskan untuk menutup Triangulate dan mengembalikan USD 120.000 atau sekitar Rp1 miliar kepada investor.<\/p>\n

Memulai dengan Awal yang Salah<\/strong><\/p>\n

Memulai dengan Awal yang Salah<\/strong>
\nWhy Startup Fail<\/em>
\n, <\/em>
\nuser needs.<\/em><\/p>\n

Meski membawa kebaruan dalam hal algoritma pencocokan dalam aplikasi kencan, tak ada konsumen yang membutuhkan pencocokan yang didasarkan pada profil dan aktivitas jejaring media sosial pengguna. Sebaliknya, pengguna aplikasi kencan lebih nyaman dengan kriteria pencocokan yang umum digunakan aplikasi kencan.<\/p>\n

startup <\/em>
\nNo User Needs\u201d <\/em>
\nstartup <\/em>
\nstartup <\/em><\/p>\n

Memahami kebutuhan pelanggan kian penting karena dapat membantu bisnis untuk mengungkapkan dan memahami siapa konsumen kita dan keadaan atau faktor\u00a0 yang mengarahkan konsumen untuk menggunakan produk atau layanan. Semakin baik kita memahami pelanggan, maka semakin besar kemungkinan kita dapat merancang produk atau membangun layanan yang bekerja dengan baik dan paling dibutuhkan oleh konsumen.\u00a0<\/p>\n

State of the Connected Customer<\/em><\/p>\n

Atas dasar itu Steve Blank, yang dikenal luas sebagai guru startup, <\/em>menuntut startup <\/em>untuk menyelesaikan fase wawancara dengan calon pelanggan sebelum mulai membangun produk. Wawancara ini ditujukan untuk menyelidiki kebutuhan pelanggan yang kuat dan belum terpenuhi.<\/p>\n

startup, <\/em>
\nstartup <\/em><\/p>\n

Dalam wawancara Eisenmann dengan Nagaraj tentang kegagalan Triangulate, dia mengakui telah melewatkan langkah penting ini. Dia dan timnya gagal melakukan penelitian awal untuk memvalidasi permintaan akan mesin yang cocok atau daya tarik konsep wingman<\/em>. Alih-alih meluncurkan prototype <\/em>dan mengujikannya dengan calon konsumen, Triangulate bergegas meluncurkan Wings.\u00a0<\/p>\n

wingman<\/em>
\nprototype <\/em><\/p>\n

Pahami <\/strong>User Needs<\/em><\/strong> dengan Metode Rancangan Innovesia<\/strong><\/p>\n

Pahami <\/strong>
\nUser Needs<\/em><\/strong>
\nUser Needs<\/em>
\n dengan Metode Rancangan Innovesia<\/strong>
\n <\/em>
\n <\/em>
\nuser needs <\/em><\/p>\n

Design thinking <\/em>sendiri merupakan sebuah proses dan pola pikir untuk berempati dengan masalah yang berfokus pada manusia. Design thinking<\/em> menekankan pada siklus yang berulang untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk mempertanyakan masalah, meragukan asumsi dan implikasinya. Karena itulah aplikasi design thinking <\/em>mendorong perusahaan untuk menciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan nyata pelanggan mereka.\u00a0<\/p>\n

Design thinking <\/em>
\nDesign thinking<\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Melalui design thinking<\/em>, ide bisnis yang ditawarkan diharapkan dapat menjadi solusi yang benar-benar menjawab kebutuhan target penggunanya atau product market-fit<\/em> dan bukan mengedepankan teknologi atau fiturnya.<\/p>\n

design thinking<\/em>
\nproduct market-fit<\/em><\/p>\n

Innovesia percaya, inovasi tidak berasal dari teknologi, produk atau fitur, tetapi dari kebutuhan manusia, pola pikir, dan empati. Tujuan utama dari tahapan ini adalah untuk mengembangkan pemahaman terbaik tentang pelanggan, kebutuhan mereka, dan masalah yang mendasari pengembangan produk atau layanan yang ingin Anda ciptakan atau perbaiki.\u00a0<\/strong><\/p>\n

\u00a0<\/strong><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Banyak startup berlomba menawarkan kebaruan teknologi dalam menciptakan produk atau jasa. Tak sedikit yang percaya bahwa kebaruan yang mereka bawa akan sangat menarik dan laku di pasaran. Tanpa berbicara pada target konsumen, startup sepenuhnya mempercayakan asumsi atau penilaian mereka ketika mengembangkan produk atau jasa baru. startup startup Sayangnya, mendasarkan bisnis pada asumsi-asumsi ini tak akan […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":631,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[149,144],"tags":[16,31,18],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/626"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=626"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/626\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2190,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/626\/revisions\/2190"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/631"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=626"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=626"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=626"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}