{"id":1619,"date":"2023-10-10T14:39:19","date_gmt":"2023-10-10T07:39:19","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1619"},"modified":"2023-10-17T22:35:33","modified_gmt":"2023-10-17T15:35:33","slug":"menciptakan-solusi-atas-kasus-kematian-bayi-melalui-design-thinking","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/kesehatan\/menciptakan-solusi-atas-kasus-kematian-bayi-melalui-design-thinking\/","title":{"rendered":"Menciptakan Solusi Atas Kasus Kematian Bayi Melalui Design Thinking"},"content":{"rendered":"
Ironinya, banyak kematian ini dapat dicegah. Menurut WHO, 75% kematian dan penyakit akibat kelahiran prematur dapat dicegah dengan menjaga bayi tetap hangat. Sayangnya, tak semua ibu memiliki kesempatan yang sama besar untuk menghangatkan bayi mereka. Pasalnya, tak semua rumah sakit di negara miskin memiliki inkubator yang umum digunakan untuk menghangatkan bayi pasca lahir.<\/p>\n
Itulah mengapa kasus kematian bayi baru lahir lebih banyak terjadi di negara-negara miskin seperti Afrika Sub-Sahara, Asia Tengah dan Asia Selatan. Bahkan, para bayi yang terlahir di wilayah Afrika Sub-Sahara memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk meninggal pada bulan pertama dibandingkan anak yang lahir di negara berpenghasilan tinggi. Pada sisi lain, penggunaan teknologi yang kurang optimal di negara berpendapatan menengah menyebabkan meningkatnya beban kecacatan di kalangan bayi prematur yang bertahan hidup pada periode neonatal.<\/p>\n
Kesenjangan inilah yang mendorong Jane Chen, Linus Liang, Naganand Murty, dan Rahul Panicker untuk menciptakan penghangat bayi dengan harga terjangkau bagi para ibu di negara-negara berkembang.\u00a0<\/p>\n
design thinking<\/em> 1. Inspiration<\/strong><\/p>\n 1. Inspiration<\/strong><\/p>\n
\n, <\/em>
\nprototype <\/em><\/p>\n