{"id":1573,"date":"2023-09-14T14:26:20","date_gmt":"2023-09-14T07:26:20","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1573"},"modified":"2023-11-23T11:52:37","modified_gmt":"2023-11-23T04:52:37","slug":"3-langkah-mencapai-tujuan-esg-dengan-program-inovasi","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/gaya-hidup\/3-langkah-mencapai-tujuan-esg-dengan-program-inovasi\/","title":{"rendered":"3 Langkah Mencapai Tujuan ESG dengan Program Inovasi"},"content":{"rendered":"

Dewasa ini, keberlanjutan perusahaan atau corporate sustainability <\/em>telah menjadi poin krusial yang harus dicapai perusahaan dengan menerapkan kerangka environmental, social <\/em>dan governance <\/em>(ESG). Kebutuhan untuk berpikir dan bertindak sesuai kerangka ESG menjadi semakin mendesak akhir-akhir ini berkat beragam regulasi yang mengatur dan memantau kontribusi riil perusahaan dalam implementasi ESG.<\/p>\n

Di tengah desakan untuk menciptakan keberlanjutan perusahaan, banyak perusahaan yang memperluas upaya inovasi untuk mengidentifikasi peluang baru di tiga aspek ESG, juga untuk mengoptimalkan proses yang ada, dan mengatasi permasalahan mendesak dalam implementasi ESG. Tak heran, nilai investasi yang berorientasi pada ESG dilaporkan McKinsey & Company mencapai USD 30 triliun pada 2019, melesat hingga 68% lebih tinggi sejak tahun 2014.<\/p>\n

Secara umum, tantangan keberlanjutan jelas memerlukan solusi inovatif. Untuk membangun perusahaan yang bertahan lama, perusahaan diharuskan melakukan perbaikan dan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kebutuhan bisnis yang cepat berubah. Perusahaan tak lagi hanya berfokus memikirkan bagaimana bisnis mereka tetap dapat menghasilkan keuntungan dalam waktu yang lama, tapi juga memastikan operasional mereka mampu berdampak positif bagi masyarakat dan stakeholder, <\/em>juga lingkungan sekitar.<\/p>\n

Upaya inovasi dalam hal ini mampu membantu perusahaan mengidentifikasi, menilai dan mengembangkan solusi yang memenuhi kebutuhan ESG. Penting untuk diingat bahwa implementasi ESG bukan hanya tentang mematuhi regulasi atau menjalankan praktik bisnis berkelanjutan, tapi juga tentang menciptakan nilai jangka panjang untuk perusahaan dan masyarakat.<\/p>\n

Tak heran jika program inovasi yang terintegrasi dengan prinsip-prinsip ESG dapat membantu perusahaan mencapai tujuan ini dan membangun reputasi berkelanjutan di pasar. Berikut tiga jenis program inovasi yang mampu mempercepat perusahaan mencapai tujuan ESG.<\/p>\n

1. Inkubator <\/strong>Startup<\/em><\/strong><\/p>\n

Secara definisi, inkubator adalah sebuah program yang ditujukan untuk membantu perkembangan perusahaan rintisan atau startup. <\/em>Di tengah desakan untuk menerapkan tata kelola dan model bisnis yang berkelanjutan, perusahaan memerlukan kecanggihan teknologi untuk mencapainya dan startup <\/em>jelas memiliki jawaban atas masalah ini. Dengan kemampuannya untuk mengembangkan teknologi secara cepat, startup <\/em>dapat membantu perusahaan mengidentifikasi sekaligus menerapkan solusi baru yang mampu memberikan nilai berkelanjutan bagi perusahaan.<\/p>\n

Mengenali manfaat ini, L\u2019Or\u00e9al meluncurkan program inovasi \u201cNortheast Asia Big Bang Beauty Tech & Innovation Challenge\u201d di Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Berkolaborasi dengan startup, <\/em>L\u2019Or\u00e9al mencoba mengembangkan produk kecantikan dan melahirkan beauty experience <\/em>baru, salah satunya dengan menciptakan alternatif produk kecantikan yang berkelanjutan dan memanfaatkan bioteknologi.<\/p>\n

Di Tiongkok sendiri di mana program Big Bang telah lebih dulu diluncurkan, L\u2019Or\u00e9al telah menarik lebih dari 1.500 startup dan menginkubasi lebih dari 50 proyek dalam tiga tahun terakhir.<\/p>\n

2. Crowdsourcing<\/strong><\/p>\n

Dengan meminta kontribusi dari sekelompok besar orang, crowdsourcing <\/em>dikenal luas sebagai sarana bagi perusahaan atau organisasi lainnya untuk memperoleh ide inovasi secara masif, tak terkecuali pada setiap kategori ESG. Keuntungan lainnya, crowdsourcing <\/em>juga memungkinkan perusahaan menunjukkan kepada publik betapa seriusnya langkah yang mereka ambil untuk menerapkan praktik keberlanjutan.<\/p>\n

Mengenali manfaat ini, Schneider Electric, perusahaan otomasi digital dan manajemen energi asal Prancis, meluncurkan program Schneider Go Green untuk pelajar di seluruh dunia. Diinisiasi sejak 2010, Schneider Go Green menjadi ajang kompetisi global untuk memfasilitasi generasi muda mencari solusi dalam pengelolaan energi dan automasi industri yang berdampak positif terhadap lingkungan.<\/p>\n

3. Membangun Budaya Inovasi Internal<\/strong><\/p>\n

Meski memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan internal dapat mempercepat proses inovasi perusahaan, jangan lupakan kehebatan karyawan. Pasalnya, karyawan yang peka terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis dan kebutuhan pelanggan dapat membantu perusahaan dalam mengadaptasi dan merespons perubahan ini dengan inovasi yang sesuai.<\/p>\n

PT Pertamina (Persero) misalnya. Meluncurkan New Venture School, perusahaan migas itu berusaha memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh pegawainya untuk meningkatkan keterampilan dan mendorong inovasi dalam ranah transisi energi. Sesuai dengan visi Pertamina sebagai perusahaan berkelanjutan, peningkatan kompetensi memang menjadi salah satu perhatian perusahaan terhadap tenaga kerjanya.<\/p>\n

New Venture School menunjukkan komitmen Pertamina dalam implementasi dua aspek ESG yakni, pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Dewasa ini, keberlanjutan perusahaan atau corporate sustainability telah menjadi poin krusial yang harus dicapai perusahaan dengan menerapkan kerangka environmental, social dan governance (ESG). Kebutuhan untuk berpikir dan bertindak sesuai kerangka ESG menjadi semakin mendesak akhir-akhir ini berkat beragam regulasi yang mengatur dan memantau kontribusi riil perusahaan dalam implementasi ESG. Di tengah desakan untuk menciptakan keberlanjutan […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":1574,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[149],"tags":[210,18,213],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1573"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1573"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1573\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2314,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1573\/revisions\/2314"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1574"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1573"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1573"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1573"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}