{"id":1543,"date":"2023-09-06T13:16:49","date_gmt":"2023-09-06T06:16:49","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1543"},"modified":"2023-11-23T12:07:22","modified_gmt":"2023-11-23T05:07:22","slug":"4-kunci-keberhasilan-dalam-crowdsourcing","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/eksklusif\/4-kunci-keberhasilan-dalam-crowdsourcing\/","title":{"rendered":"4 Kunci Keberhasilan dalam Crowdsourcing"},"content":{"rendered":"
Crowdsourcing <\/em>memang memungkinkan perusahaan atau organisasi lainnya untuk menghimpun ide atau sumber daya lainnya secara masif dari banyak orang dengan berbagai latar belakang. Namun, crowdsourcing <\/em>tak hanya soal menghimpun ide dengan lebih cepat dan biaya yang lebih murah, tapi memastikan bahwa ide yang dihimpun mampu menjawab permasalahan dan kebutuhan perusahaan.<\/p>\n Digital Transformation Expert, Daniel Oscar Baskoro, menerangkan banyak perusahaan terjebak pada tahap kompetisi dalam praktik crowdsourcing, tanpa melanjutkan menuju tahap implementasi yang seharusnya.<\/p>\n \u201cDewasa ini crowdsourcing<\/em> banyak digunakan perusahaan-perusahaan untuk menghimpun ide, gagasan atau masalah, tapi yang paling krusial ada miskonsepsi di sini, di mana perusahaan sering kali menyamakan crowdsourcing <\/em>dengan kompetisi,\u201d ujar pria lulusan Columbia University tersebut kerap luput dalam pelaksanaan crowdsourcing.<\/em><\/p>\n Pria yang telah membantu banyak perusahaan dan pemerintah mencapai tujuan organisasi melalui crowdsourcing <\/em>selama lebih dari tujuh tahun itu menekankan bahwa esensi sejati dari crowdsourcing <\/em>justru terletak pada bagaimana perusahaan memastikan dapat menghimpun ide-ide yang mampu diimplementasikan guna menjawab tantangan yang dihadapi perusahaan dan bukan hanya sekadar pada tahap persaingan semata.<\/p>\n \u201cTak sedikit perusahaan yang melakukan crowdsourcing <\/em>justru semua berhenti di competition<\/em> dan itu bukan crowdsourcing<\/em>. Karena crowdsourcing <\/em>itu harus sampai pada implementasi dari ide atau solusi tersebut,\u201d jelas Oscar menekankan.<\/p>\n Langkah lanjutan inilah yang dinilai Oscar kerap luput dalam pelaksanaan crowdsourcing. <\/em>Padahal tanpa langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan solusi, potensi inovasi dari crowdsourcing<\/em> tidak akan sepenuhnya dimanfaatkan.<\/p>\n Berikut empat langkah krusial untuk memastikan crowdsourcing <\/em>lebih dari sekedar pengumpulan ide-ide, tetapi juga menjadi alat yang kuat untuk menghasilkan solusi nyata dan mendukung perkembangan perusahaan yang berkelanjutan.<\/p>\n 1. Menetapkan Strategi dan Tujuan Crowdsourcing<\/strong><\/p>\n Oscar menekankan dibutuhkan strategi atau metodologi secara end-to-end <\/em>sebagai guide <\/em>atau pedoman yang menuntun perusahaan mulai dari mengidentifikasi masalah utama mereka, menentukan target, menghimpun dan menyeleksi solusi, hingga membawa ide tersebut sebagai solusi untuk menyelesaikan tantangan atau masalah perusahaan.<\/p>\n \u201cKalau crowdsourcing<\/em> mikirnya harus secara end-to-end<\/em>, apa yang hendak kita solve<\/em>, siapa target yang akan dihimpun masalahnya, bagaimana kita bisa mengkurasi masalah, kemudian tahapan crowdsourcing<\/em> ide atau solusi, setelah itu pastikan solusi tadi bisa di-deliver <\/em>menjadi sebuah program,\u201d jelas Oscar.<\/p>\n Pola pikir inilah yang menurut Oscar kerap luput dilakukan oleh banyak perusahaan ketika berhadapan dengan crowdsourcing. <\/em>Menurutnya, banyak langkah lain yang sudah harus ditetapkan sejak awal merencanakan crowdsourcing <\/em>sehingga prosesnya tak berhenti usai mengumpulkan ide.<\/p>\n \u201cEnd-to-end<\/em> ini yang terkadang suka lepas di perusahaan-perusahaan, jadi saya kira perlu memang ada satu framework<\/em> untuk memastikan crowdsourcing<\/em> ini ga cuma collecting the information, collecting the idea<\/em>, tapi juga memikirkan langkah lanjutan setelah mendapatkan solusi tadi,\u201d ujar sosok dibalik berbagai inovasi teknologi digital kemanusiaan.<\/p>\n 2. Mengidentifikasi Masalah Secara Cermat<\/strong><\/p>\n Mengidentifikasi masalah juga kerap disepelekan perusahaan ketika hendak melakukan crowdsourcing. <\/em>Padahal, menentukan masalah yang tepat merupakan inti dari crowdsourcing. <\/em>Menurut Oscar, tak sedikit perusahaan yang menentukan masalah berdasarkan asumsi yang belum tentu benar.<\/p>\n \u201cKadang-kadang orang melakukan crowdsourcing<\/em> itu mikirin ngumpulin ide-ide saja, padahal yang tak kalah penting adalah mengumpulkan masalah, yang seharusnya juga dilakukan melalui crowdsourcing.<\/em> Crowdsourcing<\/em> masalahnya dulu baru solusinya,\u201d tutur Oscar.<\/p>\n Dengan crowdsourcing, <\/em>perusahaan akan mendapatkan wawasan tentang masalah nyata yang sebenarnya mereka hadapi karena masalah itu disampaikan langsung oleh banyak pengguna atau user <\/em>mereka yang menjadi target crowdsourcing.<\/em><\/p>\n \u201cSatu hal mendasar dalam crowdsourcing<\/em> adalah menghilangkan asumsi. Karena ketika kita menghimpun masalah melalui crowdsourcing<\/em>, we got all the problem from the real user<\/em>. Sebaliknya, ketika masalahnya ditentukan berdasarkan asumsi, solusi yang dibuat sudah pasti tidak sesuai karena cara mereka mendapatkan masalahnya saja berdasarkan asumsi,\u201d jelas Oscar.<\/p>\n