{"id":1444,"date":"2023-08-09T12:50:54","date_gmt":"2023-08-09T05:50:54","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1444"},"modified":"2023-10-17T21:26:50","modified_gmt":"2023-10-17T14:26:50","slug":"konsumen-menginginkan-produk-ramah-lingkungan-bagaimana-cara-bisnis-fb-bertahan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/gaya-hidup\/konsumen-menginginkan-produk-ramah-lingkungan-bagaimana-cara-bisnis-fb-bertahan\/","title":{"rendered":"Konsumen Menginginkan Produk Ramah Lingkungan, Bagaimana Cara Bisnis F&B Bertahan?"},"content":{"rendered":"

Dihadapkan pada tantangan keberlanjutan dan pergeseran pola konsumsi masyarakat, industri makanan dan minuman atau food and beverages <\/em>(F&B) dituntut terus berinovasi. Tantangan yang saling berkaitan ini telah membuat para pemain di industri berkomitmen memperluas peluang inovasi mereka dengan berkolaborasi melalui open innovation.<\/em><\/p>\n

Tak bisa disangkal, perubahan iklim telah mendorong masyarakat untuk lebih bijak. Konsumen kini lebih kritis dalam membuat keputusan pembelian. Mereka kini lebih memilih membeli makanan dan minuman yang lebih sehat, yang dibuat dengan bahan dan melalui proses yang ramah lingkungan atau berkelanjutan. Karenanya, implementasi bisnis berkelanjutan menjadi kian penting bagi industri F&B.<\/p>\n

Survei Katadata Consumer Survey on Sustainability<\/em> oleh Katadata Insight Center menunjukkan, 60,5% dari 3.631 konsumen mengaku ingin membeli produk ramah lingkungan mulai dari bahan baku, produksi, sampai kemasan. Pada survei yang sama,produk makanan menempati posisi teratas sebagai produk ramah lingkungan yang ingin dibeli dengan 56% suara.<\/p>\n

Survei dilakukan secara online pada responden berusia berusia 17-60 tahun menunjukkan banyak konsumen beralih ke produk ramah lingkungan karena manfaatnya bagi lingkungan. Sebanyak 60,5% konsumen mengaku membeli produk ramah lingkungan karena hendak melestarikan bumi.<\/p>\n

Senada, studi bertajuk The Truths, Myths and Nuances Behind Purpose<\/em><\/a>, mencatat sekitar 76% Gen Z yang disurvei mengaku memprioritaskan keputusan pembelian mereka pada nilai yang dibawa perusahaan bagi masyarakat dan lingkungan. Bahkan, 94% Gen Z yang disurvei dalam riset Cone Gen Z CSR Study<\/em><\/a>, <\/em>mengaku perusahaan harus terlibat dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang mendesak.<\/p>\n

high quality<\/a><\/p>\n

Atas dasar inilah perusahaan atau produsen makanan dan minuman atau F&B, didesak untuk berinovasi dalam seluruh rantai nilai atau value chain <\/em>bisnis mereka mulai dari hulu ke hilir. Sistem pertanian kini dituntut mengadopsi teknologi canggih yang memungkinkan proses produksi bahan baku dilakukan sesuai prinsip-prinsip berkelanjutan. Begitu pula dengan tahap distribusi yang diharapkan mampu menghasilkan lebih sedikit jejak karbon atau carbon footprint. <\/em>Penyimpanan yang lebih efektif, dan lain sebagainya.<\/p>\n

Tak heran jika inovasi di sektor agrikultur semakin dilirik. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan teknologi agrikultur atau agrifood-tech<\/em> dalam semua kategori. Studi bertajuk The State Of Open Innovation In The Agri-Food Sector 2022<\/em><\/a>, <\/em>mencatat seluruh perusahaan di sektor agribisnis yang disurvei mengaku telah berinvestasi dalam inovasi selama dua tahun terakhir. <\/p>\n

Baik perusahaan kecil maupun besar, semuanya telah melihat pentingnya inovasi dalam sektor F&B. Faktanya, tahun 2021 merupakan titik balik dalam hal investasi dalam proyek teknologi pangan dengan pertumbuhan 85% dibandingkan tahun 2020. Dengan lebih dari 75% perusahaan berkomitmen mencari inovasi yang mendorong penerapan prinsip keberlanjutan dan mempromosikan kesehatan manusia dan lingkungan.<\/p>\n

Uniknya, meskipun ada banyak cara untuk berinovasi, inovasi terbuka atau open innovation <\/em>menjadi cara paling diminati perusahaan di sektor ini untuk berinovasi. Survei yang sama mencatat, sebanyak 70% inovasi berasal dari open innovation.<\/em><\/p>\n

Besarnya Peluang Inovasi Melalui <\/strong>Open Innovation<\/em><\/strong><\/p>\n

Dalam hal ini, open innovation <\/em>menawarkan kesempatan bagi perusahaan untuk berkolaborasi dengan pihak eksternal demi melahirkan peluang inovasi dan mempercepat proses inovasi tersebut. Survei terhadap 43 perwakilan industri F&B khususnya perusahaan di sektor agribisnis itu, open innovation<\/em> dipercaya secara luas untuk mendorong pertumbuhan bisnis, kepuasan pelanggan, dan mendukung keberlanjutan industri.<\/p>\n

Senada, Fiter Bagus Cahyono, Direktur Innovesia<\/a> \u2013sebuah perusahaan konsultasi yang berfokus pada inovasi\u2013 menilai, open innovation <\/em>bukan soal mengganti sumber daya inovasi internal perusahaan dengan pengetahuan eksternal, tetapi menggabungkannya. Kombinasi inilah yang mampu menciptakan peluang baru dalam menciptakan produk atau model bisnis yang lebih berkelanjutan.<\/p>\n

\u201cPertumbuhan basis konsumen yang lebih kritis jelas menumbuhkan kebutuhan bagi perusahaan di industri ini untuk berkolaborasi dan laporan tersebut dengan kuat menunjukkan kesediaan perusahaan makanan untuk meningkatkan investasi mereka dalam open innovation<\/em>,\u201d ujar Fiter Bagus.<\/p>\n

Tak heran jika laporan dari Eatable Adventures <\/em>itu mencatat hampir semua perusahaan yang disurvei menyatakan keinginannya untuk berkolaborasi dengan pihak eksternal. Di mana 86% di antaranya berkomitmen untuk meningkatkan investasi mereka dalam open innovation <\/em>pada 2023, dan sekitar 93% perusahaan berencana untuk melangsungkan open innovation<\/em> dalam tiga tahun ke depan.<\/p>\n

\"\"
Ilustrasi seorang wanita tengah belanja buah dan sayur. (Sumber: Freepik\/pvproductions)<\/figcaption><\/figure>\n

Menurut Fiter Bagus, minat yang besar dalam open innovation <\/em>di sektor agrikultur dan agribisnis sendiri tak terlepas dalam kemampuannya mempercepat pengadopsian teknologi yang membantu perusahaan menerapkan model bisnis yang ramah lingkungan. <\/p>\n

\u201cPasalnya, open innovation <\/em>membuka kesempatan bagi perusahaan besar untuk membentuk aliansi bersama perusahaan rintisan atau startup <\/em>yang menawarkan teknologi dan ide-ide inovatif yang mampu merevolusi industri makanan secara global,\u201d jelas Fiter Bagus.<\/p>\n

Tak hanya dengan startup, <\/em>banyak perusahaan yang juga melihat peluang inovasi bersama universitas. Sebanyak 93% perusahaan yang disurvei mempercayakan inovasi mereka melalui kolaborasi bersama universitas. Hal ini tak terlepas dari kemampuan universitas dalam melakukan penelitian untuk menskalakan solusi atau teknologi yang diperlukan perusahaan.<\/p>\n

Layaknya Eatable Adventures, Innovesia telah melihat bagaimana open innovation <\/em>menjadi investasi yang jelas bagi perusahaan untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan. Selain itu, industri yang makin meyakini manfaat open innovation,<\/em> memacu Innovesia membuka kesempatan bagi pelaku bisnis untuk menemukan mitra inovasi yang tepat, dan berkolaborasi dalam mempercepat proses memperoleh ide, menciptakan teknologi dan produk baru, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan dan daya saing perusahaan.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Dihadapkan pada tantangan keberlanjutan dan pergeseran pola konsumsi masyarakat, industri makanan dan minuman atau food and beverages (F&B) dituntut terus berinovasi. Tantangan yang saling berkaitan ini telah membuat para pemain di industri berkomitmen memperluas peluang inovasi mereka dengan berkolaborasi melalui open innovation. Tak bisa disangkal, perubahan iklim telah mendorong masyarakat untuk lebih bijak. Konsumen kini […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1445,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[149],"tags":[190,189,18,19,17,191],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1444"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1444"}],"version-history":[{"count":2,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1444\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1857,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1444\/revisions\/1857"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1445"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1444"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1444"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1444"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}