{"id":1375,"date":"2023-07-31T13:13:26","date_gmt":"2023-07-31T06:13:26","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1375"},"modified":"2023-10-17T20:59:43","modified_gmt":"2023-10-17T13:59:43","slug":"5-perusahaan-ciptakan-masa-depan-berkelanjutan-melalui-open-innovation","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/otomotif\/5-perusahaan-ciptakan-masa-depan-berkelanjutan-melalui-open-innovation\/","title":{"rendered":"Patriotamat Locakzp"},"content":{"rendered":"

Pemanasan global dan krisis iklim telah menjadi tantangan serius yang dihadapi dunia saat ini. Kekeringan, gelombang panas, dan banjir telah lebih sering terjadi dengan intensitas yang semakin parah dari sebelumnya. Di hadapan perubahan iklim, dekarbonisasi menjadi salah satu prioritas utama untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan.<\/p>\n

Melalui Paris Agreement 2015, pemerintah lintas negara bersama-sama berkomitmen membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Kesepakatan itu turut mendorong perusahaan dari berbagai industri berlomba menetapkan target dan membuat komitmen untuk mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.<\/p>\n

Secara definisi, dekarbonisasi mengacu pada proses pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari aktivitas manusia di atmosfer. Tujuan dekarbonisasi tidak lain adalah menghilangkan emisi karbon dioksida. Adapun untuk mencapai dekarbonisasi, perusahaan dituntut mengadopsi pendekatan inovatif untuk mempercepat peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan sumber energi rendah karbon.<\/p>\n

Sadar tak bisa melakukannya seorang diri, banyak perusahaan berkolaborasi melalui open innovation <\/em>untuk mempercepat langkah mereka mencapai net zero emission <\/em>atau emisi nol bersih. Melalui open innovation, <\/em>perusahaan lintas industri sekalipun dapat berbagi pengetahuan untuk mencapai solusi yang lebih baik dan lebih efektif.<\/p>\n

Artikel ini akan mengeksplorasi lima perusahaan yang telah melangkah maju, memerangi perubahan iklim melalui pendekatan open innovation<\/em>. Dengan membuka pintu untuk ide-ide out of the box <\/em>dari mitra eksternal, kelima perusahaan ini telah memimpin jalan dalam menciptakan solusi dekarbonisasi yang berdampak nyata dan memberikan contoh inspiratif bagi sektor industri lainnya.<\/p>\n

Berikut lima perusahaan inovatif yang bertekad mencapai dekarbonisasi melalui open innovation<\/em> sebagai upaya menyelamatkan bumi dari dampak perubahan iklim yang semakin serius:<\/p>\n

1. Shell<\/strong><\/p>\n

\"\"
Shell (Sumber: Ina Fassbender\/Afp\/Getty Images)<\/figcaption><\/figure>\n

Sebagai perusahaan energi dan petrokimia terkemuka di dunia, Shell turut andil dalam dekarbonisasi. Perusahaan asal Inggris itu bahkan menargetkan<\/a> untuk menjadi perusahaan energi dengan emisi nol bersih atau net-zero emission <\/em>(NZE) pada tahun 2050 mendatang. Untuk mencapai itu semua, Shell bermitra dengan beberapa perusahaan teknologi terkemuka dunia untuk mengembangkan dan menerapkan solusi digital dalam skala besar di seluruh rantai bisnis mereka.<\/p>\n

Menurut Shell, dekarbonisasi memerlukan upaya yang signifikan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Karenanya Shell memilih strategi open innovation <\/em>secara global untuk berkolaborasi dengan mitra bisnis, universitas dan lembaga penelitian, pemasok, dan bahkan konsumen Shell itu sendiri. <\/p>\n

\u201cStartup<\/em> dan pengusaha membawa pola pikir yang berbeda dan perspektif baru dalamke tantangan net-zero emission<\/em>. Mereka dapat bergerak lebih cepat daripada organisasi besar dan lebih mudah melakukan hal-hal baru. Hal ini membuat mereka sangat cocok untuk perusahaan seperti Shell, yang kurang gesit, tetapi dapat menawarkan dukungan finansial yang kuat, kapasitas teknis yang luas, dan akses mudah ke mitra dan pasar global,\u201d ujar Akilah LeBlanc, General Manager Commercial Innovation Partnerships di Shell, seperti dilansir dari laman resmi Shell<\/a>.<\/p>\n

2. Unilever<\/strong><\/p>\n<\/p>\n

\"\"
Logo Unilever (Sumber: Unilever)<\/figcaption><\/figure>\n

Sebagai perusahaan manufaktur, pemasaran dan distribusi barang konsumsi, Unilever<\/a> sadar akan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari tingkat konsumsi produk saat ini. Alasan inilah yang mendorong Unilever untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan untuk membantu konsumen mengurangi dampak iklim. Unilever berkomitmen mengganti formula setiap produk pembersih yang berasal dari bahan bakar fosil dengan bahan terbarukan pada 2030.\u00a0<\/p>\n

Pasalnya, sebagian besar produk detergen yang beredar di pasar saat ini mengandung bahan kimia, yang terbuat dari bahan baku bahan bakar fosil. Bahan kimia inilah yang menjadi penyumbang emisi karbon terbesar dari seluruh siklus hidup produk detergen. Atas dasar itu, Unilever menilai beralih dari bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk akan menjadi peluang besar untuk mengurangi jejak karbon.<\/p>\n

Pada 2021 misalnya, Unilever bersama LanzaTech dan India Glycols  berhasil memproduksi surfaktan dari bahan terbarukan untuk merek detergen OMO. Surfaktan yang umumnya terbuat dari bahan bakar fosil adalah bahan penting untuk menciptakan busa dalam produk detergen, mulai dari sabun cuci piring hingga detergen.<\/p>\n

3. L\u2019Or\u00e9al<\/strong><\/p>\n

\"\"
L\u2019Or\u00e9al (Sumber: lbeaute.mx)<\/figcaption><\/figure>\n

Pemanasan global dan krisis iklim yang tak terelakan juga membuat jenama <\/em>kecantikan ternama L\u2019Or\u00e9al<\/a> mempercepat upaya mencapai target keberlanjutan atau sustainability. <\/em>Melalui program bertajuk \u201cL\u2019Or\u00e9al for the Future\u201d, L\u2019Or\u00e9al merangkul pendekatan open innovation <\/em>sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mewujudkan operasional bisnis yang lebih ramah lingkungan.<\/p>\n

boutique<\/a><\/p>\n

Ada tiga komitmen dalam program L\u2019Oreal for The Future<\/a>. Pertama, L\u2019Oreal bertransformasi untuk memastikan aktivitas perusahaan menjalankan batasan-batasan lingkungan (planet) dalam upaya pengendalian dampak terhadap iklim, air, keanekaragaman hayati, dan sumber daya alam.<\/p>\n

Kedua, L\u2019Oreal berkomitmen memberdayakan pihak-pihak dalam ekosistem bisnis dengan membantu mereka bertransisi ke dunia yang lebih berkelanjutan. Ketiga, membantu mengatasi tantangan dunia, dengan mendukung kebutuhan sosial dan lingkungan yang mendesak.\u00a0<\/p>\n

\u201cDengan program L\u2019Or\u00e9al for the Future, kami telah menetapkan target keberlanjutan yang ambisius untuk dicapai pada tahun 2030, termasuk bahwa 95% bahannya akan berasal dari sumber hayati, berasal dari mineral yang melimpah atau dari proses sirkuler. Karenanya kita perlu memikirkan kembali cara mencari dan memproduksi bahan-bahan yang diperlukan. Untuk mencapai hal ini, kami berkolaborasi dengan berbagai mitra eksternal, termasuk perusahaan rintisan, demi memperoleh keahlian baru dan mempercepat inovasi. Misalnya, kami mengeksplorasi penggunaan biologi sintetik dan fermentasi,\u201d ujar Laurent Chantalat, manajer senior untuk inovasi terbuka R&I dan kemitraan startup teknologi mendalam di L\u2019Or\u00e9al, seperti dilansir dari laporan Capgemini<\/a>.<\/p>\n

4. Daher<\/strong><\/p>\n

\"\"
Daher dan Ascendance Flight Technologies mengumumkan kolaborasi strategis. (Sumber: Daher)<\/figcaption><\/figure>\n

Daher, perusahaan kedirgantaraan ternama Prancis, juga mengumumkan kolaborasi strategis bersama Ascendance Flight Technologies<\/a>, perusahaan rintisan Prancis dan perintis di pasar penerbangan rendah karbon.\u00a0<\/p>\n

Kolaborasi antara Daher dan Ascendance Flight Technologies semakin menggarisbawahi ambisi Daher Group untuk meningkatkan inovasi dan mempercepat dekarbonisasi aktivitas perusahaan, dengan penekanan khusus pada divisi pesawatnya. Keduanya akan meneliti cara-cara baru hibridisasi sistem propulsi pesawat Daher berdasarkan teknologi yang dikembangkan Ascendance Flight Technologies.<\/p>\n

\u201cKami senang bisa bermitra dengan Ascendance Flight Technologies. Sebagai pemain utama dalam penerbangan umum, Daher Group berkomitmen penuh untuk mencapai tujuan dekarbonisasi penerbangan pada tahun 2050, dan mengambil langkah maju yang signifikan menuju tujuan tersebut pada dekade ini,\u201d ujar Didier Kayat, CEO Daher Group, seperti dilansir dari .<\/p>\n

5. MIND ID<\/strong><\/p>\n

\"\"<\/figure>\n

BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID<\/a> atau Mining Industry Indonesia, menggelar kompetisi Boosting Innovator and Greenovator in the Mining Industry atau BIGMIND Innovation Award 2022.<\/p>\n

Menggandeng Innovesia<\/a>, perusahaan konsultasi yang berfokus pada inovasi, MIND ID melalui BIGMIND Innovation Award 2022 berupaya meningkatkan pertumbuhan industri pertambangan yang berkelanjutan dengan mengundang kontribusi riset dan inovasi anak bangsa melalui perkembangan teknologi digital demi memperkuat tata kelola operasional industri. Adapun dekarbonisasi menjadi salah satu dari tujuh topik utama yang dapat dieksplorasi para inovator.<\/p>\n

Kompetisi inovasi ini berhasil melahirkan ragam inovasi berkelanjutan, seperti pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit sebagai fuel<\/em> dan reductant <\/em>pada proses peleburan timah, inovasi green technology <\/em>pemanfaatan red mud<\/em> (produk samping pemurnian alumina) sebagai sumber besi (fe) dengan metode bioflokulasi selektif. Juga pengembangan alat Electrolysis Management System (EMS) multi Anoda-Katoda berbasis Internet of Things sebagai upaya peningkatan unjuk kerja sel electrorefining di industri pemurnian logam.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pemanasan global dan krisis iklim telah menjadi tantangan serius yang dihadapi dunia saat ini. Kekeringan, gelombang panas, dan banjir telah lebih sering terjadi dengan intensitas yang semakin parah dari sebelumnya. Di hadapan perubahan iklim, dekarbonisasi menjadi salah satu prioritas utama untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan. Melalui Paris Agreement 2015, pemerintah lintas negara bersama-sama berkomitmen […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1378,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[149,147,148],"tags":[20,164,17,112,158],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1375"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1375"}],"version-history":[{"count":8,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1375\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2082,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1375\/revisions\/2082"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1378"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1375"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1375"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1375"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}