{"id":1227,"date":"2023-06-22T14:44:11","date_gmt":"2023-06-22T07:44:11","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1227"},"modified":"2023-10-18T07:53:30","modified_gmt":"2023-10-18T00:53:30","slug":"open-innovation-bantu-perusahaan-atasi-keterbatasan-sumber-daya-dalam-berinovasi","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/edukasi\/open-innovation-bantu-perusahaan-atasi-keterbatasan-sumber-daya-dalam-berinovasi\/","title":{"rendered":"Open Innovation Bantu Perusahaan Atasi Keterbatasan Sumber Daya dalam Berinovasi"},"content":{"rendered":"

Gartner CMO Brand Strategy and Innovation Survey<\/em>
\nHarvard Business Review<\/em>
\n <\/em><\/p>\n

Profesor emeritus perilaku organisasi di McMaster University, Min Basadur yang pernah meneliti preferensi dan peran inovasi lebih dari 100.000 karyawan dari banyak institusi ternama di 84 negara, menjelaskan setidaknya perusahaan membutuhkan empat tipe inovator di perusahaan agar inovasi yang mereka lakukan berhasil.<\/p>\n

Keempat tipe inovator itu adalah: generator <\/em>yang memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah dan solusi berdasarkan pengalaman langsung mereka; conceptualizer<\/em> yang mampu mendefinisikan dan memahami masalah melalui analisis secara menyeluruh; optimizer <\/em>yang cerdas dalam hal mengevaluasi ide inovasi dan menyarankan solusi; lalu implementers <\/em>yang antusias untuk langsung mengambil tindakan.<\/p>\n

generator <\/em>
\nmy explanation<\/a>
\nconceptualizer<\/em>
\noptimizer <\/em>
\nimplementers <\/em><\/p>\n

Tanpa salah satu dari keempatnya, perusahaan jelas akan kesulitan. Misalnya, tanpa generator<\/em> maka perusahaan akan kehilangan peluang untuk berinovasi karena gagal mengidentifikasi masalah. Namun, memiliki generator <\/em>saja tidak cukup pasalnya mereka tidak mampu mengartikulasikan pemahaman yang jelas tentang masalah secara spesifik atau potensi solusinya.<\/p>\n

generator<\/em>
\ngenerator <\/em>
\nGartner CMO Brand Strategy and Innovation Survey<\/em>
\nThe Deloitte Innovation Survey<\/em><\/p>\n

Selain itu, survei yang sama juga mencatat kendala lain yang turut menghambat aktivitas inovasi perusahaan. Di antaranya kurangnya kepemimpinan dan keterampilan manajemen, permintaan barang atau jasa baru yang tidak pasti, kurangnya akses ke keuangan, minimnya ketersediaan penyedia teknologi untuk melatih dan menerapkan teknologi baru, dan kurangnya kesempatan untuk pembuatan prototipe dan eksperimen.<\/p>\n

Temuan kedua studi tersebut menunjukkan bahwa hambatan utama untuk inovasi terutama berasal dari lingkungan internal organisasi. Kabar baiknya, perusahaan dapat berinovasi dengan mengandalkan sumber daya eksternal perusahaan melalui open innovation.<\/em><\/p>\n

open innovation.<\/em><\/p>\n

Memanfaatkan Sumber Daya Eksternal untuk Berinovasi<\/strong><\/p>\n

Memanfaatkan Sumber Daya Eksternal untuk Berinovasi<\/strong><\/p>\n

Apabila inovasi umumnya dilakukan secara mandiri oleh perusahaan dan sangat bergantung pada pengetahuan dan sumber daya internal, open innovation <\/em>membuka peluang bagi perusahaan di industri manapun untuk menjalankan inovasi melalui kolaborasi dengan pihak lain di luar perusahaan.<\/p>\n

open innovation <\/em><\/p>\n

Dengan berkolaborasi, open innovation <\/em>mampu mengatasi masalah keterbatasan yang dihadapi perusahaan seperti kurangnya sumber daya manusia, kurangnya anggaran dan kesulitan perusahaan dalam mengadopsi teknologi. Pasalnya, open innovation <\/em>membuka kesempatan seluas-luasnya bagi perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan atau bahkan solusi atas suatu permasalahan dari pihak internal dan eksternal perusahaan.<\/p>\n

open innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em><\/p>\n

Melalui open innovation, <\/em>perusahaan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pelaku bisnis di industri yang sama hingga lintas industri, startup, <\/em>universitas, komunitas, bahkan masyarakat luas.<\/p>\n

open innovation, <\/em>
\nstartup, <\/em>
\nThe Power of Minds: How Open Innovation Offers Benefits For All 2023<\/em>
\n, open innovation <\/em><\/p>\n

Hasil positif dari aktivitas open innovation <\/em>turut dilaporkan berbagai perusahaan dari industri berbeda. Di mana, 60% perusahaan yang bergerak di sektor telekomunikasi dan teknologi melaporkan bahwa open innovation <\/em>mampu membawa dampak positif bagi bisnis mereka. Disusul, sektor ritel dan otomotif di mana lebih dari 55% perusahaan di kedua sektor melaporkan hasil yang sama.<\/p>\n

open innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em>
\nopen innovation <\/em><\/p>\n

Berinovasi Melalui <\/strong>Open Innovation <\/em><\/strong>di Indonesia<\/strong><\/p>\n

Berinovasi Melalui <\/strong>
\nOpen Innovation <\/em><\/strong>
\nOpen Innovation <\/em>
\ndi Indonesia<\/strong><\/p>\n

Meyakini pentingnya open innovation <\/em>dalam lanskap industri sekarang ini, Innovesia sebagai perusahaan yang berfokus pada inovasi turut mendorong terlaksananya kolaborasi inovasi melalui open innovation.<\/em> Pada 2017, Innovesia dipercaya memperkenalkan open innovation <\/em>dalam Evidence Summit 2017.<\/p>\n

open innovation <\/em>
\nopen innovation.<\/em>
\nopen innovation <\/em><\/p>\n

Evidence Summit ditujukan untuk mengumpulkan semua pemangku kepentingan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi untuk berkolaborasi dalam memadukan data penelitian atau bukti-bukti. Dalam salah satu rangkaian acara Evidence Summit, AIPI mengumpulkan semua pemangku kepentingan yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, lembaga penelitian, sektor swasta, lembaga donor atau bantuan, dan berbagai pihak lainnya untuk berbagi dan menyajikan data aktual.<\/p>\n

Data-data inilah yang diharapkan mampu memberikan rekomendasi bagi kebijakan pemerintah dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir.<\/p>\n

open innovation<\/em>
\n <\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Gartner CMO Brand Strategy and Innovation Survey Harvard Business Review Profesor emeritus perilaku organisasi di McMaster University, Min Basadur yang pernah meneliti preferensi dan peran inovasi lebih dari 100.000 karyawan dari banyak institusi ternama di 84 negara, menjelaskan setidaknya perusahaan membutuhkan empat tipe inovator di perusahaan agar inovasi yang mereka lakukan berhasil. Keempat tipe inovator […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1228,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[143],"tags":[18,19,17],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1227"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1227"}],"version-history":[{"count":4,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1227\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2167,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1227\/revisions\/2167"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1228"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1227"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1227"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1227"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}