{"id":1178,"date":"2023-06-12T13:32:52","date_gmt":"2023-06-12T06:32:52","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1178"},"modified":"2023-10-18T08:37:00","modified_gmt":"2023-10-18T01:37:00","slug":"general-electric-ciptakan-teknologi-baterai-baru-usai-mendalami-kebutuhan-pelanggan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/teknologi\/general-electric-ciptakan-teknologi-baterai-baru-usai-mendalami-kebutuhan-pelanggan\/","title":{"rendered":"General Electric Ciptakan Teknologi Baterai Baru Usai Mendalami Kebutuhan Pelanggan"},"content":{"rendered":"

Dengan lanskap industri yang cepat berubah, perusahaan-perusahaan mapan tak lagi bisa bersantai dengan hanya meningkatkan model bisnis yang mereka miliki. Dalam rangka memastikan pertumbuhan bisnis, korporasi kini dituntut berinovasi menciptakan model bisnis baru di tengah disrupsi eksternal.<\/p>\n

Mengetahui bahwa baterai baru yang dikembangkan oleh unit tersebut berpotensi mengganggu industri yang telah mapan, Prescott Logan yang kala itu menjabat sebagai manajer umum departemen Energy Storage di GE memilih pendekatan baru dalam pengembangan produknya.<\/p>\n

Alih-alih menghabiskan waktunya untuk membuat rencana bisnis, membangun pabrik dan melakukan produksi, Logan justru mencari model bisnis baru dengan melibatkan pelanggan-pelanggan GE. Logan dan timnya memilih menggali lebih dalam rasa frustasi konsumen dengan industri baterai dan mempelajari bagaimana pelanggan membeli baterai industri, seberapa sering mereka menggunakannya, dan kondisi pengoperasiannya.\u00a0<\/p>\n

Wawasan mendalam mengenai pelanggan yang telah dikumpulkan lantas membuat perubahan besar dalam hubungan GE dengan pasar dan menemukan segmen pasar baru yakni utilitas dan menciptakan teknologi baterai baru.<\/p>\n

Teknologi baterai Durathon sendiri menawarkan cara cerdas untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai bagian dari sistem penyimpanan energi sederhana, baterai Durathon produksi GE memberikan alternatif untuk struktur daya baru, yang memungkinkan energi digunakan saat dibutuhkan. Karena bahan kimia miliknya, baterai Durathon memiliki kemampuan untuk bertahan hingga dua dekade sambil memberikan waktu pengisian dan pengosongan yang optimal. Baterai Durathon sangat cocok untuk aplikasi di lingkungan bersuhu ekstrim.<\/p>\n

\u201cTeknologi baterai Durathon GE telah dikembangkan untuk mengubah masa depan pembangkit listrik, transmisi dan distribusi bagi pengguna akhir di seluruh dunia,\u201d ujar Prescott Logan.<\/p>\n

Dua tahun kemudian, GE bahkan menginvestasikan membangun fasilitas manufaktur baterai kelas dunia di Schenectady, New York, Amerika Serikat. Perusahaan juga menginvestasikan USD 150 juta (sekitar Rp2,2 triliun) untuk mengembangkan teknologi baterai Durathon melalui pengembangan material baru, teknologi manufaktur baru, dan kontrol cerdas. Menurut laporan pers, permintaan akan baterai baru GE kian tinggi.<\/p>\n

Pentingnya Memahami Kebutuhan Pelanggan<\/strong><\/p>\n

Pentingnya Memahami Kebutuhan Pelanggan<\/strong><\/p>\n

Siapa sangka, perusahaan sebesar GE dengan bisnis yang bergerak dalam berbagai bidang antara lain kelistrikan, elektronik, permesinan, modal ventura, dan bahkan layanan keuangan, justru memilih mendengarkan pelanggan mereka sebelum mengembangkan suatu produk. Padahal dengan sumber daya yang dimilikinya, GE bisa saja langsung membangun produk baru untuk mengeksekusi ide bisnis yang dimilikinya.<\/p>\n

Memahami kebutuhan pelanggan sangat penting bagi bisnis karena konsumen biasanya berupaya mencari produk atau layanan untuk menyelesaikan rasa frustasi atau ketidakpuasan mereka atas produk atau layanan tersebut. Kondisi inilah yang biasanya mendorong konsumen untuk beralih atau mencoba berbagai produk secara bergantian.<\/p>\n

Atas dasar itu, sudah seharusnya sebuah bisnis berusaha sebaik mungkin memahami kebutuhan pelanggan mereka. Perusahaan harus mendalami kebutuhan, pendapat, emosi, dan motivasi orang-orang. Kabar baiknya, semua pemahaman itu dapat diperoleh dengan berempati, yang merupakan pijakan awal design thinking.<\/em><\/p>\n

design thinking.<\/em>
\ndesign thinking <\/em>
\nuser needs. <\/em>
\nInspiration <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Pada tahap ini, perusahaan dituntut untuk memposisikan diri di posisi orang lain atau dalam hal ini adalah konsumen yang menjadi targetnya agar mendapatkan pengalaman secara langsung. Tahap ini memungkinkan kita untuk mengartikulasikan apa yang dirasakan oleh orang lain yang solusinya hendak kita desain atau bantu penyelesaian masalahnya.<\/p>\n

Tahap Inspiration <\/em>sangat penting pada design thinking <\/em>lantaran tak sedikit orang yang kesulitan untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginan terpendam mereka, entah itu karena keterbatasan bahasa, rasa tertekan atau bahkan ketakutan mereka untuk terbuka dan disalahpahami.<\/p>\n

Inspiration <\/em>
\ndesign thinking <\/em><\/p>\n

Sebaliknya, melalui tahapan ini Innovesia membantu membuka peluang bagi perusahaan untuk memahami dan mendalami perasaan, kebutuhan dan interaksi pelanggan bahkan yang tersirat sekalipun.<\/p>\n

Innovesia telah membantu lebih dari 100 perusahaan, pemerintah, organisasi dan institusi pendidikan secara lokal dan global untuk berinovasi dengan\u00a0 mengimplementasikan metodologi design thinking. <\/em>Salah satunya, adalah RARE Indonesia, sebuah organisasi dengan visi mendorong perubahan sosial bagi manusia dan alam.<\/p>\n

design thinking. <\/em>
\nagile<\/em>
\ninvestigate this site<\/a><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Dengan lanskap industri yang cepat berubah, perusahaan-perusahaan mapan tak lagi bisa bersantai dengan hanya meningkatkan model bisnis yang mereka miliki. Dalam rangka memastikan pertumbuhan bisnis, korporasi kini dituntut berinovasi menciptakan model bisnis baru di tengah disrupsi eksternal. Mengetahui bahwa baterai baru yang dikembangkan oleh unit tersebut berpotensi mengganggu industri yang telah mapan, Prescott Logan yang […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1179,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[144],"tags":[16,133,132,31,18],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1178"}],"collection":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1178"}],"version-history":[{"count":4,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1178\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2187,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1178\/revisions\/2187"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1179"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1178"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1178"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/designthinking.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1178"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}