{"id":1164,"date":"2023-06-08T17:13:27","date_gmt":"2023-06-08T10:13:27","guid":{"rendered":"https:\/\/designthinking.id\/?p=1164"},"modified":"2023-10-18T08:37:02","modified_gmt":"2023-10-18T01:37:02","slug":"ubah-limbah-jadi-tekstil-ananas-anam-ciptakan-solusi-berkelanjutan-melalui-design-thinking","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/designthinking.id\/gaya-hidup\/ubah-limbah-jadi-tekstil-ananas-anam-ciptakan-solusi-berkelanjutan-melalui-design-thinking\/","title":{"rendered":"Ubah Limbah jadi Tekstil, Ananas Anam Ciptakan Solusi Berkelanjutan Melalui Design Thinking"},"content":{"rendered":"
design thinking, <\/em> Dikenal sejak 2014 melalui produk pertamanya, Pi\u00f1atex, Ananas Anam menjadi pelopor inovasi tekstil alami yang menjadi alternatif kulit pertama dan telah digunakan untuk tas fashion, alas kaki dan bahkan perabotan.\u00a0<\/p>\n Pi\u00f1atex sendiri merupakan tekstil inovatif yang dikembangkan untuk digunakan sebagai alternatif bahan kulit alami dari serat yang diekstraksi dari daun nanas. Daun yang digunakan Ananas Anam semuanya berasal dari limbah pertanian. Alhasil, produksi Pi\u00f1atex tidak melibatkan sumber daya seperti tanah, air, atau pestisida tambahan untuk menghasilkan bahan mentah.<\/p>\n Melalui valorisasi limbah, Ananas Anam mengurangi jumlah pembakaran limbah daun nanas sehingga mengurangi emisi karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer. Adapun, setiap meter Pi\u00f1atex setara dengan mencegah 12 kilogram emisi karbon dioksida.<\/p>\n Berkat inovasi ini, Ananas Anam telah menciptakan solusi tekstil berdampak rendah yang mendukung upaya merek dan industri untuk mengurangi emisi dan memenuhi target iklim dan keberlanjutan atau sustainability <\/em>mereka.<\/p>\n sustainability <\/em><\/p>\n Inovasi Berkelanjutan yang Membawa Ananas Anam Mendunia<\/strong><\/p>\n Inovasi Berkelanjutan yang Membawa Ananas Anam Mendunia<\/strong><\/p>\n Perjalanan inovatif Ananas Anam dimulai saat Carmen Hijosa, seorang ahli barang-barang dari kulit atau leather goods<\/em>, dipercaya menjadi konsultan di industri ekspor kulit Filipina pada tahun 1990-an. Terkejut dengan dampak lingkungan dari produksi kulit massal dan penyamakan kimia, dia menyadari bahwa produksi kulit seperti itu tidak baik jika masih dilanjutkan.<\/p>\n leather goods<\/em><\/p>\n Meski industri fashion <\/em>juga telah mengenal PVC atau Polyvinyl Chloride<\/em>, yang merupakan bahan plastik yang umum digunakan sebagai bahan pengganti kulit pada bahan baku pakaian, Carmen merasa PVC juga bukan solusinya. Menurut Carmen, solusi atas masalah ini harus berkelanjutan. Ia pun memutuskan untuk meneliti alternatif yang berkelanjutan, meski memakan waktu bertahun-tahun.\u00a0<\/p>\n fashion <\/em> Terinspirasi oleh kelimpahan sumber daya alam, termasuk penggunaan serat tanaman dalam tenun tradisional seperti pada pakaian tradisional Filipina yakni Barong Tagalog, Carmen berusaha untuk menciptakan tekstil non-anyaman alami yang dapat diproduksi secara komersial.\u00a0<\/p>\n Dengan Design Thinking, Carmen berupaya menciptakan solusi yang memiliki dampak sosial dan ekonomi yang positif, selagi tetap memelihara jejak karbon atau carbon footprint<\/em> yang rendah. Inilah bagaimana Pi\u00f1atex muncul.\u00a0<\/p>\n carbon footprint<\/em>
\nfashion<\/em><\/p>\n
\nPolyvinyl Chloride<\/em><\/p>\n
\ndesign thinking<\/em>
\n <\/em>
\n, <\/em><\/p>\n